Analisis Penyebab Perkawinan Usia Anak di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Salatiga

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan pasal 7, perkawinan hanya diijinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun. Namun pada kenyataannya, praktik perkawinan usia anak masih terjadi di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena terjadinya perkawinan usia anak dengan menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan usia anak, menggunakan perspektif teori strukturasi Anthony Giddens. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, analisis dilakukan melalui 3 (tiga) tahap; tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya perkawinan usia anak merupakan dialektika struktur (agama dan budaya) dan agen. Dari sisi agama pernikahan muda untuk menghindari dosa, sedangkan dari sisi budaya, ada perasaan malu apabila berpacaran lama. Bagi agen, menikah karena keinginan sendiri. Dialektika antara struktur objektif-subjektif tersebut, didukung dengan dukungan dari keluarga dan adanya peluang permohonan dispensasi, menjadi legitimasi bagi agen untuk melakukan pernikahan usia anak. Dengan kata lain, tanpa dukungan keluarga dan dispensasi terhadap aturan usia perkawinan, pernikahan usia anak tidak bisa terjadi