ANALISIS FIQIH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PNM MEKAAR SYARIAH (Studi Kasus di Desa Pematang Damar Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir)

ABSTRAK Jamiatik, (2022): ANALISIS FIQIH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PNM MEKAAR SYARIAH (Studi Kasus di Desa Pematang Damar Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir) Penelitian ini bertitik tolak dari kerangka teoritis bahwa dalam akad murabahah adalah konsep jual beli dengan harga pokok pembelian ditambahkan keuntungan yang dispakati oleh kedua belah pihak. Namun praktik yang dilakukan PNM Mekaar Syariah di Desa Pematang Damar tidak menyediakan barang sebagai objek jual beli tetapi menggantinya dengan uang, dengan pembelian diwakilkan kepada nasabah. Berdasarkan fakta lapangan nasabah tidak menggunakan uang yang diberikan sesuai dengan perjanjian murabahah, serta pembelian barang dilakukan atas nama nasabah sendiri. Padahal dalam Fatwa DSN/04/DSN-MUI/IV/2000 point ke 4 telah dijelaskan bahwa bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri. Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui praktik pembiayaan murabahah pada PNM Mekaar Syariah Pusako di Desa Pematang Damar. (2) untuk mengetahui analisis Fiqih Muamalah terhadap praktik pembiayaan murabahah pada PNM Mekaar Syariah di Desa Pematang Damar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer berupa hasil wawancara dengan karyawan PNM Mekaar Syariah dan nasabah, sedangkan untuk sumber data sekunder diperoleh dari sumber yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain: Al-Qur’an, Al-Hadist, Buku, Kitab-kitab Fiqh, Skripsi, dan lainnya yang mendukung penelitian ini. Setelah data penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa praktik pembiayaan murabahah pada PNM Mekaar Syariah tidak menyediakan barang melainkan hanya berupa uang yang diajukan nasabah dengan pembelian barang dilakukan nasabah sendiri, sehingga banyak nasabah yang menggunakan dana di luar ketentuan akad. Karena pihak PNM Mekaar tidak menyediakan barang, maka keuntungan masih tergantung pada lamanya waktu pinjaman. Menurut ketentuan Fiqih Muamalah akadnya belum sesuai, karena salah satu rukun murabahah dalam pengadaan barang tidak ada dan mengandung unsur penipuan (tadlis). Seharusnya penetapan keuntungan murabahah harus sama meskipun akan diangsur 25 minggu, 50 minggu atau 2 tahun dan tergantung pada pembelian barang yang riil, bukan jumlah dana yang dipinjam nasabah. Sehingga mengarah kepada riba, sedangkan syarat dalam akad murabahah agar akadnya sah tidak rusak atau batal diantaranya harus bebas dari riba. Kata kunci: Pembiayaan Murabahah, PNM Mekaar Syariah, Bunga, Riba