Model integrasi kurikulum pada lembaga pendidikan islam (Studi Pembelajaran di SMA Insan Cendekia Madani Tangerang Selatan)

Penelitian ini terfokus mengkaji tentang model Kurikulum integrasi Pendidikan Islam pada lembaga pendidikan Islam, dengan obyek pada studi Pembelajaran di Sekolah menengah atas Insan Cendekia Madani Tangerang Selatan. Temuan penelitian penulis, model kurikulum integrasi Pendidikan Islam pada lembaga pendidikan Islam merupakan paradigma kurikulum berbasiskan keimanan dan ketakwaan yang dalam pengelolaannya searah dengan perkembangan zaman untuk selalu moderat, dinamis, dan berkemajuan dalam penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Paradigma model kurikulum integrasi kajian ini mendukung pendapat moderatisasi kurikulum pendidikan Islam dari ?Umar Muḥammad al-Taumī al-Syaibānī, Hassan Langgulung, Husni Rahim, dan Azyumardi Azra. Mereka sependapat menyatakan bahwa kurikulum Pendidikan Islam merupakan manhaj atau jalan yang tengah yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan/teknologi, dan sikap dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Paradigma tersebut mengkritisi kurikulum Pendidikan sekuler dan materialistik, seperti yang ditawarkan oleh Association of American Colleges and Universities (AACU). Kurikulum pendidikan sekuler dan materialistik berkecenderungan kuat pada pembentukkan intelektualisme yang bebas nilai, tak terkecuali untuk religiusitas. Religiously-Friendly- Sculerism lebih sesuai untuk ruh kurikulum dunia pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan amanah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi dengan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data terbagi menjadi empat kategori dengan menggunakan model context, input, procsess, product (CIPP) sehingga proses pelaksanaan program dideskripsikan secara detail.Selain itu, Penelitian ini juga bersifat deskriptif-analitik dimaksudkan untuk menghimpun dan menganalisis data yang berkenaan dengan kasus yang diteliti oleh peneliti. Merujuk pendapat Husni Rahim, Pakar Kurikulum pendidikan Islam, terdapat enam aspek fundamental yang menjadi muatan ciri khas model kurikulum integrase yang dapat diterapkan pada lembaga penddikan Islam, yaitu: Moral dan Religius; sosial dan emosional, berkembang (development) dan membebaskan (Independence); kemampuan afektif, kognitif; psikomotorik, dan seni. Sedangkan model Kurikulum moderat merujuk Azyumardi Azra, terdiri atas empat hal yang dapat diterapkan pada lembaga penddikan Islam, yaitu: Reformulasi Tujuan Kurikulum, Restrukturisasi Kurikulum, Simplifikasi Beban Belajar, dan Dekompartementalisasi. Temuan penulis lainnya, model integrase Kurikulum pendidikan Islam Berkemajuan dan Waishatiyyah pada lembaga pendidikan Islam merupakan konseptualisasi dan pengejawantahan dan berkesesuaian dengan dasar tujuan pendidikan agama Islam dan Pancasila