Tafsir Isyari Al-Jailani

Tesis ini menyimpulkan bahwa penafsiran Syaikh ?Abd al-Qa>dir al-Jaila>ni (w. 561 H) tidak mendekonstruksi atau mereduksi makna literal al-Qur?an, melainkan mengkonstruk dua dimensi tafsir, yakni eksoteris dan esoteris, yang dalam perspektif hermeneutika fusion of horizons Gadamer meliputi dira>sa>t ma> fi> al-nas} (studi atas apa yang terdapat di dalam teks) dan dirâ>sâ>t mâ> haula al-nas} (studi atas sesuatu yang melingkupi teks). Dalam proses penafsirannya al-Jaila>ni memerhatikan dan mengasimilasi dua horison utama, yakni horison teks al-Qur?an dan horison dirinya. Dalam menganalisis makna eksoteris al- Qur?an (dira>sa>t ma> fi> al-nas}) al-Jaila>ni menggunakan tiga piranti utama, yakni: bahasa; ayat al-Qur?an; dan hadis, sedangkan dalam mengelaborasi dan mengeksplorasi makana esoteris al- Qur?an (dir>sa>>t mâ> haula al-nas}) al-Jaila>ni menggunakan: simbol (ramz); intuisi; makrifat; dan hakikat. Dalam perkembangan tafsir isya>ri>, al-Jaila>ni sudah berhasil memoderasi makna eksoteris dan esoteris dalam tafsirnya. Namun apa yang dilakukan al-Jaila>ni> belum bisa dikatakan sempurna, karena dalam penafsirannya ia tidak memisahkan antara makna eksoteris dan esoteris dalam menjelaskan sebuah ayat. Sehingga para pembaca harus teliti dalam memahami tafsir al-Jaila>ni>, karena penafsirannya ada yang dekat dengan makna teks (eksoteris) dan ada juga yang jauh (esoteris). Hal ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh al-Tustari>(w. 283 H), al-Qusyairi>(w. 465 H), al-Naisa>bu>ri>(w. 728 H), Isma>?i>l H}aqqi>(w. 1137 H), dan al-Alu>si(w. 1270 H). Al- Jaila>ni> berbeda dengan beberapa mufassir yang hanya menafsirkan ayat al-Qu?ran secara esoteris, yakni al-Sulami>(w. 412 H), al-Syirazi>(w. 666 H), dan al-Sammani>(w. 736 H). Penelitian ini mendukung Martin Whittingham (2007), Amer Latif (2009) Syed Rizwan Zamir (2011), Maryam Musharraf (2013), Ali Humayun Akhtar (2018), dan Mogamat Mahgadien Hendricks (2018), yang berpendapat bahwa tafsi>r isya>ri merupakan penafsiran yang meengasimilasi makna eksoteris dan esoteris, sehingga tidak bertentangan dengan teks dan ?ulu>m al-tafsi>r. Sementara itu, penelitian ini tidak sependapat dengan Gerard Bowering (1980), V.I. Braginsky (1993), Ian Almond (2004), Frithjof Schuon (2006), dan Richard McGragor (2009) yang berpendapat bahwa tafsir isya>ri> merupakan penafsiran yang meliberalisasi teks al-Qur?a>n berdasarkan pengalaman spiritual yang subjektif, sehingga mendekonstruksi dan mereduksi makna literal teks dan tidakterikat oleh aturan literalisme teks. Penelitian ini juga tidak menyutujui argumen Muh}ammad Sayyid al-Jiliand (1983), Ih}san Ilahi Zahir (2005), Hussein Abdul-Raof (2010), yang berpandangan bahwa tafsir isyari merupakan penafsiran bat}ini yang mengabaikan makna tekstualitas al-Qur?a>n, sehingga berakibat pada penegasian syariat Islam, juga ?Am al- Furqaniyyah atau yang dikenal dengan Tafsir al-Jailani. Termasuk karya al-Jailani lainnya, seperti Sirr al-Asrar, al- Gunyah li Talib al-Tariq al-Haqq, al-Mukhta}ar fî ?Ulum al-Din, Futuh} al-Gaib dan al-Fath} al-Rabbani wa al-Faid} al-Rahma>ni. Selain karya al-Jailani buku primer lainnya adalah Truth and Method karya Hans Georg Gadamer sebagai metode kritik teks Tafsir al-Jailani. Adapun sumber data sekunder adalah buku- buku yang berkaitan dengan diskursus tafsir isyari, kaidah- kaidah hermeneutika, literatur tasawwuf, ?ulum al-Qur?an, maupun tafsir sufi lainnya. Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (Library Reserch).. Karena penelitian ini termasuk ke dalam kajian tokoh, maka ada dua metode yang fundamental untuk mendapatkan pengetahuan tentang tokoh tersebut. Keduanya digunakan secara bersamaan: Pertama, biografis. Yakni penelitian tentang kehidupan, lingkungan dan sosio kultur yang melatarbelakangi; Kedua, Taksonomis. Penelitian tentang ide dan pemikiran karya-karya al-Jailani. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interpretasi (interpretative approach), yakni menyelami pemikiran seorang tokoh yang tertuang dalam karya- karyanya, khususnya Tafsir al-Jailani, untuk menangkap nuansa makna dan pengertian yang dimaksud secara khas hingga tercapai suatu pemahaman yang benar. Dengan menggunakan metode kualitatif sebagai metode analisis data. Sementara untuk menangkap kosntruk epistemologi penafsiran al-Jailani, maka peneliti menggunakan hermeneutika fusion of horizon Hans Georg Gadamer sebagai logical framework approach untuk melihat dan menganalisis sejauh apa (how far) dan sedekat apa (how near) al-Jailani dalam menafsirkan al-Qur?an, sehingga terlihat kosntruksi makna yang dibangun oleh al-Jailani baik secara eksoteris meupun esoteris