The social program students’ perception of difficulties in learning simple present tense

Selama mengikuti PLP (Pengenalan Laporan Persekolahan) di SMA Muhammadiyah Kudus, peneliti mengamati dan menemukan bahwa siswa-siswi di SMA Muhammadiyah mengalami kesulitan dalam memahami grammar atau biasa disebut dengan struktur bahasa. Para siswa-siswi masih sukar untuk membuat kalimat yang menggunakan tenses simple present secara benar. Ada 2 kalimatkesulitan yang dialami siswa-siswi dalam memahami tense simple present. Kedua kaimat tersebut adalah kalimat verbal dan kalimat nominal. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk menemukan sumber belajar siswa-siswi dalam memahami tenses simple present. Para siswa-siswi bisa menggunakan sumber belajar melalui online atau internet dan sumber belajar melalui offline atau tanpa menggunakan internet. Berdasarkan pernyataan dari permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan apa saja kesulitan yang dialami oleh para siswa-siswi dalam memahami tense simple present dan sumber belajar apa saja yang digunakan oleh para siswa-siswi untuk belajar tenses simple present. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan kuesioner terbuka and tertutup untuk mengumpulkan data. Ada 22 siswa-siswi SMA Muhammadiya Kudus yang telah berpatisipasi dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan persen kemudian dideskripsikan dalam bentuk kalimat. Hasil dari penelitianberdasarkan pertanyaan ya atau tidak dan kalimat dari siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siswi di SMA Muhammadiyah Kudus kelas 10 ips 3 mengalami kesulitan dalam memahami tenses simple present di kalimat verbal (65,8%) dan (76,8%) dan kalimat nominal (73,5%) dan (80%). Berdasarkan contoh kalimat yang diberikan oleh siswa-siswi, mereka menggunakan to be atau kata kerja bantu dalam kalimat verbal. Para siswa-siswi membutuhkan banyak usaha untuk memahami tenses simple present. Siswa-siswi lebih banyak menggunakan sumber belajar melalui offline (72,7%) untuk belajar tenses simple present. Sebagian lainnya menggunakan sumber belajar online(45,5%) untuk belajar tenses simple present. Kesimpulan dari penelitian ini adalah para siswa-siswi di SMA Muhammdiyah Kudus masih mengalami kesulitan dalam memahami tenses simple present tense. kebanyakan dari mereka membuat kalimat tentang perubahan kata kerja, kalimat positif dan negative, dan kalimat Tanya positif maupun negative dengan tidak benar.Siswa-siswi di SMA Muhammadiyah Kudus yang menggunakan sumber belajar online dan offline. Kebanyakan dari mereka menggunakan sumber belajar offline untuk belajar tenses simple present. Peneliti berharap, penelitian ini bisa membuat para guru tersadar bahwasannya para guru perlu menggunakan teknik lain dalam mengajar tenses simple present untuk membuat para siswa-siswi belajar tenses simple present. Dan juga peneliti menyarankan untuk para siswa-siswa menghafalkan kata kerja bentuk pertama and menentukan apakah itu kata kerja, kata benda, kata keterangan, atau kata sifat. Para siswa-siswi harus mengetahui perubahan kata kerja bentuk pertama jika subjeknya adalah orang ketiga.Belajar and praktik lebih banyak lagi untuk bisa memahami simple present tense yang akan membantu kesulitan para siswa siswi