Mengatasi keengganan masuk sekolah melalui konseling kelompok teknik self management pada siswa kelas Xi ips 1 sma 3 pati

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskrispikan penerapan konseling kelompok teknik self management dalam mengatasi keengganan masuk sekolah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA 3 Pati. 2. Mengatasi keengganan masuk sekolah dengan konseling kelompok teknik self management. Keengganan masuk sekolah adalah kondisi motivasi pada diri siswa yang tidak ada hasrat untuk masuk dan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Konseling kelompok teknik self management merupakan usaha peneliti dalam mengentaskan permasalahan siswa yang sering tidak masuk sekolah, dan motivasi untuk belajar di sekolah yang setiap hari semakin menurun. Jenis penelitian PTBK dengan tahap: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan dan 4. Refleksi yang dilakukan dalam dua siklus penelitian, setiap siklus dilakukan tiga kali pertemuan. Subjek penelitian adalah enam siswa kelas XI IPS 1 SMA 3 Pati Tahun Pelajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif deskriptif. Sebelum pemberian konseling kelompok teknik self management keengganan masuk sekolah pada siswa pada skor rerata 34,6 (69%) dengan kategori (Tinggi). Setelah pemberian konseling kelompok teknik self management pada siklus I mengalami penurunan, yaitu pada skor rerata 27,3 (55%) kategori (Cukup). Pada siklus II skor rerata siswa menurun, pada skor 15,7 (31%) kategori (Sangat Rendah). Peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan konseling kelompok teknik self management dapat mengatasi keengganan masuk sekolah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA 3 Pati. Pada siklus I peneliti memperoleh skor 47% kategori (Kurang), meningkat pada siklus II sebesar 75% kategori (Baik). 2. Keengganan masuk sekolah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA 3 Pati dapat teratasi. Kondisi pra siklus menunjukan keengganan masuk sekolah pada skor 69% kategori (Tinggi), siklus I konseli memperoleh skor 55% kategori (Cukup), pada siklus II konseli memperoleh skor 31% kategori (Sangat Rendah). Saran yang peneliti sampaikan sebagai berikut: 1. Kepala sekolah hendaknya memberikan kebijakan dalam mengoptimalkan peran guru bimbingan dan konseling dalam membantu perkembangan dan pengentasan masalah siswa, khususnya pada siswa yang mengalami keengganan sekolah. 2. Guru bimbingan dan konseling hendaknya memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara berkala kepada siswa, sehingga masalah dan perkembangan siswa dapat optimal. 3. Siswa hendaknya mempertahankan semangat bersekolah setelah pelaksanaan konseling kelompok, dengan atau tanpa kehadiran peneliti. 4. Penelitian selanjutnya hendaknya melakukan kajian teori atau pustaka terlebih dahulu sebelum penyusunan penelitian, agar tidak mengalami hambatan dalam menguraikan teori mengenai satu atau dua variabel dalam penelitian