Efek Pemberian Semanggi Air (Marsilea crenata) Terhadap Kadar LH dan Testosteron pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Monosodium Glutam

Monosodium glutamat (MSG) dikenal secara luas sebagai penambah cita rasa makanan. MSG dapat dengan mudah ditemukan pada makanan kemasan, fast food dan masakan rumahan. Komsumsi MSG secara berlebih dapat menyebabkan terjadinya peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS). Peroksidasi lipid akibat ROS dapat merusak struktur lipid membran plasma sel dan menurunkan fluiditas membran sehingga menyebabkan fungsi membran terganggu. Untuk mencegah terbentuknya ROS secara berlebihan maka diperlukan antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang penting bagi tubuh untuk menetralisir radikal bebas. Salah satu tumbuhan air yang kaya akan antioksidan adalah semanggi air (Marsilea crenata). Semanggi air (M. crenata) mengandung antioksidan seperti flavonoid, isoflavon dan vitamin C yang diduga dapat mengurangi efek negatif radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian semanggi air (M.crenata) terhadap kadar LH dan Testosteron pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi monosodium glutamat. Sebanyak 20 ekor tikus jantan strain wistar berumur 3-4 bulan dengan berat badan 200-300 g dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol (K) diberi aquadest selama 45 hari; Kelompok kontrol positif (M) diberi MSG dosis 4 mg/g BB selama 45 hari; Kelompok perlakuan M(15)+S1 (0,216 mg/g BB), M(15)+S2 (0,432 mg/g BB) dan M(15)+S3 0,648 mg/g BB) masing-masing diberi MSG dosis 4 mg/g BB selama 15 hari, kemudian diberi MSG dosis 4 mg/gBB serta ekstrak semanggi air dengan dosis berbeda yaitu 0,216 mg/g BB, 0,432 mg/g BB dan 0,648 mg/g BB selama 30 hari. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-16 pemberian MSG dan di akhir perlakuan (hari ke-46) hewan coba dibedah untuk diambil organ testis serta darah dari jantung. Organ testis dicuci dengan Phospat Buffer Saline (PBS) kemudian ditimbang bobot relatifnya. Organ testis difiksasi menggunakan formalin 10% selama 24 jam. Selanjutnya dibuat preparat histologi metode paraffin dengan pewarnaan Hematoxilin-Eosin (HE) untuk menghitung jumlah sel Leydig. Sedangkan darah diiinkubasi pada suhu ruang untuk memperoleh serum. Serum digunakan untuk analisis kadar LH dan Testosteron. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan uji one-way ANOVA. Jika hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel Leydig kelompok perlakuan MSG (M) adalah 3,08±0,34 lebih rendah secara signifikan dibandingkan kontrol (7,03±0,17). Kelompok M(15)+S1 memiliki jumlah sel Leydig 5,20±0,44, lebih banyak jika dibandingkan kelompok M (