Pengaruh Pengetahuan, Dukungan Sosial, Dan Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Keputusan Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gangga Lombok Utara Dan Puskesmas Narmada Lombok Barat

Laporan Global tahun 2016 menunjukkan ada sekitar 5,6 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal, di mana risiko kematian tertinggi terjadi pada awal kehidupan (28 hari pertama) yang mencapai 2,6 juta bayi. Di Indonesia angka kematian bayi masih tergolong tinggi, angka ini mencapai 22,23 dalam 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di provinsi NTB tahun 2016 angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu sekitar 45/1000 kelahiran hidup. Pemberian ASI eksklusif merupakan tujuan terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) ke-3 target ke-2 dimana kematian bayi dan balita dapat dicegah dan berakhir di tahun 2030, dengan adanya usaha seluruh negara agar Angka Kematian Neonatal ini bisa diturunkan minimal hanya 12 dalam 1.000 kelahiran hidup. Pemberian ASI eksklusif juga merupakan investasi besar dalam pencegahan komplikasi BBLR, stunting, dan menurunkan risiko obesitas atau terjadinya penyakit kronis serta bisa membawa keuntungan bagi Negara, yaitu mencegah kerugian sekitar $302 milyar atau sekitar 0-49% dari pendapatan Nasional setiap tahunnya. Praktek di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat gagal dalam memberi dukungan pada ibu utuk menyusui. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif tahun 2015 terus mengalami peningkatan menjadi 55,7% dibandingkan 2014 52,3% dan tahun 2012 sebesar 48,6%, namun hasil ini masih jauh dari harapan Kemenkes RI yang menargetkan pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% di tahun 2015. Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah yang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif. Sayangnya, keberhasilan ini tidak mencakup seluruh wilayah yang ada. Gangga merupakan salah satu wilayah di Lombok Utara dengan cakupan pemberian ASI eksklusif terendah yaitu 30,4%. Jauh tertinggal jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang ada di Lombok seperti di wilayah Puskesmas Narmada Lombok Barat mencapai 93,3%. Pengetahuan ibu, dukungan sosial, dukungan tenaga kesehatan, sosial budaya, serta faktor-faktor sosial demografi lainnya saat ini sering dihubungkan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini mencoba menggali secara bersamaan fakta aktual dan dominan yang saling berhubungan satu sama lain sebagai prediktor munculnya masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gangga dan dibandingkan dengan Puskesmas Narmada yaitu berupa pengetahuan ibu, dukungan sosial ibu baik dari suami, keluarga atau teman dan dukungan dari tenaga kesehatan. Sehingga dengan mengkaji dua wilayah tersebut, diharapkan dapat diketahui dan dibandingkan faktor apa yang sama dan yang berbeda di kedua wilayah yang melatarbelakangi keputusan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian obsevasional analitik crosecctional, dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2018 di wilayah kerja Puskesmas Gangga dan Puskesmas Narmada. Sampel adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 330 masing-masing terbagi dua tiap wilayah yang diberikan kuesioner untuk mendapatkan data. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik cluster sampling. Penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti dibandu oleh 7 enumerator. Analisis data dilakukan dengan uji multivariat untuk memprediksi faktor apa yang berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan atau parsial. Jenis analisis yang dilakukan adalah uji regresi logistik bineri metode backward stepwise (LR). Penelitian ini membuktikan bahwa dari 165 responden yang berpartisipasi di wilayah kerja Puskesmas Gangga menunjukkan hanya 63 (38,2%) yang memutuskan memberikan ASI eksklusif. Berbeda dengan 165 responden yang berpartisipasi di wilayah kerja Puskesmas Narmada 123 (74,5%) memutuskan memberikan ASI eksklusif. vii Sacara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dikedua wilayah. Namun, model terbaik uji regresi logistik bineri (model 3) untuk wilayah kerja Puskesmas Gangga menunjukkan bahwa variabel yang paling kuat berpengaruh terhadap dependen berturut-turut adalah dukungan sosial suami (p=0,001), dukungan tenaga kesehatan (p=0,016), dukungan sosial keluarga (p=0,020) dan dukungan sosial teman (0,049). Sedangkan pengetahuan ibu (p=0,171) memiliki pengaruh yang tidak signifikan pada variabel dependen. Berbeda dengan wilayah kerja Puskesmas Narmada, model terbaik (model 5) menunjukkan variabel yang paling kuat berpengaruh terhadap dependen berturut-turut adalah dukungan sosial keluarga (p=0,000) dan pengetahuan ibu (p=0,003). Sedangkan dukungan tenaga kesehatan (p=0,132), dukungan sosial suami (p=0,376) dan dukungan sosial teman (p=0,547) memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Pada kedua wilayah tersebut tampak bahwa dukungan sosial keluarga adalah variabel independen yang sama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan, besarnya dukungan sosial suami, keluarga, dan teman serta dukungan tenaga kesehatan secara simultan memiliki pengaruh terhadap keputusan ibu dalam memberikan ASI eksklusif, dimana dukungan sosial keluarga adalah faktor yang sama-sama memiliki pengaruh kuat di wilayah kerja Puskesmas Gangga maupun Narmada sedangkan faktor-faktor lainnya berbeda sehingga inilah yang menyebabkan perbedaan cakupan ASI eksklusif yang jauh pada kedua wilayah. Saran bagi tenaga kesehatan hususnya yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gangga untuk bisa meningkatkan pelayanan dengan pendekatan edukasi dalam hal penyampaian pentingnya ASI eksklusif terlebih kepada suami, keluarga atau kelompok masyarakat lainya. Pemerintah daerah di wilayah ini juga harus bisa menjalankan program ASI eksklusif dengan baik sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur NTB Nomor 9 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif, dijelaskan bahwa bentuk tanggung jawab yang bisa dilaksanakan berupa melaksanakan advokasi dan sosialisasi, memberikan pelatihan konseling menyusui, menyediakan tenaga konselor ASI, membina memonitoring mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan program AS