Analisis Peran Ganda Pada Perempuan Terdidik Dalam Perspektif Sosial - Ekonomi Dan Etnis Di Indonesia

Pendidikan bagi perempuan telah menduduki prioritas utama di antara berbagai langkah yang diambil untuk meningkatkan status peran perempuan. Namun, perempuan terdidik di Indonesia seringkali dihadapkan pada keadaan dimana mereka harus memilih antara peran tradisi (domestik sphere) dan peran transisi (public sphere). Dengan menggunakan data IFLS waves-5 Tahun 2015 dengan jumlah sample responden mencapai 18.831 individu di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan karakteristik sosial (usia, status kawin, tingkat pendidikan), karakteristik ekonomi (tanggungan anak dan kondisi ekonomi rumah tangga) dan karakteristik etnis yang didominasi oleh perempuan terdidik di Indonesia (Jawa, Sunda, Minang, Batak, Bali, Betawi,dan Sasak) terhadap keputusan perempuan terdidik di Indonesia sebagai angkatan kerja (public sphere) atau yang tergolong bukan angkatan kerja (domestik sphere). Data dianalisis menggunakan metode regresi binary logistic. Hasil menunjukan bahwa perempuan terdidik di Indonesia yang tergolong usia produktif (15-64 tahun), perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi khususnya Perguruan Tinggi, perempuan terdidik yang memiliki anak dibawah 15 tahun dan perempuan terdidik yang berada pada kondisi ekonomi rumah tangga yang cukup memiliki kecenderungan untuk masuk ke pasar kerja dan tergolong sebagai angkatan kerja (Public Sphere). Sedangkan perempuan terdidik yang telah berstatus menikah cenderung untuk mengurus rumah tangga (Domestic Sphere). Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa perempuan terdidik Etnis Batak dan etnis Bali tergolong sebagai perempuan yang paling besar memiliki kecenderungan untuk berpartisipasi kedalam pasar kerja atau atau tergolong sebagai angkatan kerja di Indonesia (Public Sphere)