Analisis efisiensi penggunaan input produksi pada usahatani padi sawah di Desa Tuik Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat

Pemahaman petani padi sawah terhadap penggunaan input produksi sangatlah penting terutama dalam upaya peningkatan hasil produksi padi sawah mereka. Namun sayangnya, petani seringkali tidak mengetahui bahwa input-input produksi yang mereka gunakan masih kurang tepat terutama dalam jumlah penggunaannya. Kebanyakan petani belum mengetahui bagaimana pengaruh input-input produksi seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida terhadap hasil produksi padi sawah mereka. Padahal, dengan memahami pengaruh input-input produksi terhadap hasil produksi ini, petani akan dapat mengatur penggunaan input-input produksi tersebut secara efisien sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dan memaksimalkan keuntungan yang mereka peroleh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input-input produksi dan efisiensi penggunaannya pada usahatani padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Tuik Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat pada bulan Januari 2021 hingga Juni 2022 dengan menggunakan metode survei yang melibatkan sampel sebanyak 64 petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling dimana data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda dan dilanjutkan dengan analisis efisiensi harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input-input produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi padi sawah di Desa Tuik adalah jumlah benih, jumlah pupuk dan luas lahan dengan nilai R2 sebesar 88,4 persen. Dari ketiga input produksi tersebut, penggunaan benih dan pupuk ternyata belum efisien karena penggunaanya masih relatif sedikit sehingga belum mampu memberikan tingkat pendapatan yang maksimal bagi petani. Sedangkan input produksi lahan dianggap tidak efisien karena dalam penggunaannya luas lahan yang ada masih tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk penanaman padi sawah, padahal pengeluaran biaya untuk lahan dilakukan untuk total luas lahan sawah yang dimiliki petani. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya untuk lahan relatif berlebihan dan semestinya dikurangi