Keterbukaan Diri (Self-disclosure) Kaum Transpuan pada Komunitas Sanggar Swara

Transgender perempuan yang juga merupakan salah satu kategori dari kelompok LGBT sering mendapatkan stereotyping hingga perlakuan diskriminasi baik secara verbal maupun non verbal sejak mereka kecil dari lingkungan sekitar mereka sehingga membuat mereka cenderung tertutup. Terdapat salah satu komunitas transgender perempuan pada wilayah Jabodetabek yaitu Sanggar Swara sebagai wadah untuk mereka dapat berekspresi dan membuka diri (self-disclosure) secara bebas dan leluasa melalui berbagai kegiatan. Hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses pengungkapan diri yang dilakukan oleh kelompok transpuan di Sanggar Swara dengan menggunakan Teori Penetrasi Sosial dan konsep self-disclosure. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan lima partisipan yang merupakan anggota Sanggar Swara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok transpuan di Sanggar Swara melakukan self-disclosure pada tahap affective exhchange. Selain itu terdapat dua faktor yang memengaruhi mereka melakukan self-disclosure, yaitu faktor gender dan pendengar. Setelah melakukan self-disclosure, ditemukannya perasaan lega dan meningkatnya keintiman dalam hubungan antar anggota. Namun ditemukan pula risiko pribadi dan profesional yang membuat hubungan merenggang. Sanggar Swara juga berperan penting bagi anggotanya dapat lebih mengetahui dan mengembangkan potensi yang mereka miliki