GAGASAN H. ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (BUYA HAMKA) TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA TAHUN 1927-1981

Kebanyakan para toko berpendapat bahwa Agama dan negara itu adalah sesuatu yang terpisah, salah satunya adalah pandangan kaum sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan negara. Dalam paham ini, tidak ada hubungan antara sistim kenegaraan dengan agama. Negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain, atau urusan dunia. Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gagasan agama dan negara menurut Buya Hamka, dan bagaimana hubungan agama dan negara serta pendapat para tokoh lain tentang gagasan agama dan negara. Peneliti menggunakan kaidah metode penelitian sejarah, yang terdiri dari 4 tahapan yaitu, pengumpulan sumber (Heuristik), kemudian sumber data yang didapat dilakukan kritik sumber (Verifikasi), setelah itu dilakukan analisis mendalam (Intepretasi), yang terakhir tahapan penulisan terkait penelitian ini (Historiografi). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, Agama dan negara adalah kedua hal dengan identitas yang berbeda antara satu sama lain. Layaknya hubungan yang saling membutuhkan, Buya hamka berpendapat hubungan antara Agama dan negara sangatlah relevan dalam menumbuhkan kemaslahatan. Pemahaman hubungan yang simbiosis akan melahirkan pemikiran kebangsaan religius serta menolak konsep sekularisasi dalam membangun sebuah bangsa. Serta Buya Hamka berpedoman khusus dalam tafsirnya, yaitu agama dan politik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Jadi perbuatan apa pun yang dilakukan oleh manusia itu tidak boleh lari dari agama