Pengaruh perbedaan suhu penyimpanan dan proporsi teh hijau stevia terhadap aktivitas antidiabetik pada minuman teh hijau stevia dalam botol kaca

Teh hijau termasuk dalam jenis teh dengan kandungan polifenol yang tinggi. Teh hijau tidak mengalami proses fermentasi sehingga polifenolnya masih berada dalam bentuk katekin. Minuman teh hijau stevia merupakan minuman hasil seduhan campuran antara teh hijau dan stevia sebagai pemanis. Saat ini pengonsumsian minuman teh dikemas dalam bentuk kaca dikarenakan kepraktisan konsumsi. Minuman teh kemas disimpan dalam suhu ruang dan suh dingin/refrigerator. Penambahan stevia sebagai pemanis disarankan untuk mencegah pengonsumsian sukrosa dalam jumlah yang tinggi. Penambahan pemanis seperti sukrosa yang berlebih dapat memicu gejala diabetes. Minuman teh hijau stevia diharapkan dapat memiliki digunakan sebagai minuman antidiabetik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh proporsi stevia dan teh hijau serta pengaruh perbedaan suhu penyimpanan dan interaksi keduanya terhadap aktivitas antidiabetik minuman teh hijau stevia. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan desain faktorial menggunakan dua faktor. Faktor yang digunakan yaitu perbedaan proporsi antara stevia dengan teh hijau yang terdiri lima taraf 100:0, 92:8, 84:16, 76:24, dan 68:32 (b/b) dan suhu penyimpanan yang terdiri dari dua taraf (suhu ruang (29-32°C) dan suhu refrigerator (4-6°C)). Analisa minuman teh hijau-stevia yang dilakukan meliputi analisa penghambatan enzim α amilase dan enzim α glukosidase. Hasil analisa menunjukkan perbedaam proporsi pada minuman teh hijau-stevia berpengaruh terhadap aktivitas antidiabetik (kemampuan menghambat enzim α-amilase dan α-glukosidase). Penyimpanan suhu kamar memiliki persen penurunan penghambatan yang lebih tinggi dari suhu lebih rendah. Penambahan proporsi stevia mengakibatkan peningkatan penghambatan pada enzim α-amilase sedangkan penurunan kemampuan penghambatan semakin menurun seiring bertambahnya jumlah stevia pada α-glukosidase