Laporan kerja praktek PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk - Sepanjang Plant, Sidoarjo 5 Juni - 28 Juli 2017

PT. Charoen Pokphand mulai didaftarkan sebagai perusahaan resmi di Bangkok, Thailand pada tahun 1951 dan pabrik pakan ternak pertama yang didirikan pada tahun 1953. Seiring waktu, perusahaan ini mengalami peningkatan jaringan terhadap konsumen sehingga sekitar tahun 1970, peningkatan permintaan akan pakan ternak terlihat di Asia. Untuk memenuhi segmentasi pasar Asia terhadap pakan ternak, maka PT. Charoen Pokphand membangun cabang perusahaan di berbagai negara di Asia seperti Indonesia, Hongkong, Singapura, Taiwan dan Malaysia. PT. Charoen Pokphand Indonesia pertama kali dibuka di Indonesia pada tahun 1972 di Jakarta. Salah satunya cabang pabrik di Indonesia adalah PT. Charoen Pokphand Indonesia – Sepanjang Plant dengan menghasilkan pakan ternak ayam dalam penyediaan terhadap kemitraan. Produk yang ada di PT. Charoen Pokphand Indonesia – Sepanjang Plant didistribusikan berdasarkan 2 cara yakni zero level channel dan one level channel. PT. Charoen Pokphand Indonesia – Sepanjang Plant membuat produk pakan dalam 3 jenis yakni dalam bentuk concentrate, crumble dan pellet yang dikemas dalam bag berisi 50 kg. Proses pembentukan pakan memiliki 4 proses yaitu pengecilan ukuran bahan baku, pencampuran bahan baku dan bahan tambahan, pembuatan pellet dan pengecilan ukuran menjadi bentuk crumble. PT. Charoen Pokphand Indonesia – Sepanjang Plant memiliki departemen pengendalian kualitas yang dibagi menjadi beberapa devisi yaitu Quality Control Ingridient, Quality Control Production, Quality Control Formula, Near Infra-Red (NIR) Analisis dan Microscopy. Metode pengendalian kualitas yang dilakukan PT. Charoen Pokphand Indonesia – Sepanjang memiliki 4 tahap yakni penerimaan bahan baku, penanganan bahan baku, kontrol proses produksi dan pengencekan produk. Pada proses pengendalian kualitas yang dilakukan oleh departemen Quality Control memiliki titik kritis pada setiap tahapan. Titik kritis untuk penerimaan bahan baku untuk lokal adalah kandungan air sedangkan, bahan baku impor disesuaikan dengan sertifikat yang tertera pada bahan baku. Titik kritis untuk penanganan bahan baku, yakni kandungan air dalam bahan baku dan system FIFO (First In First Out). Titik kritis untuk proses produksi, yaitu memastikan seluruh alat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar. Titik kritis untuk pengecekan produk, yakni FEFO (First Expired First Out)