Kecemasan tidak mendapatkan pasangan hidup dan dukungan sosial pada wanita lajang yang bekerja

Dalam rentang hidupnya, manusia dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Tingkat penguasaan di setiap tugas perkembangan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan tugas perkembangan berikutnya dan juga akan menentukan kebahagiaan individu pada saat itu maupun selama tahun-tahun akhir kehidupannya. Salah satu tugas perkembangan yang terpenting pada masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup. Perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat industri modern membuka peluang bagi wanita untuk mengejar karier dan diantaranya menunda usia untuk menikah. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri karena dalam budaya kita pernikahan dianggap sebagai pola yang normal oleh masyarakat. Dampaknya, wanita yang masih melajang terutama di usia 30 tahun harus menghadapi banyak masalah, antara lain: tekanan sosial dan label yang kurang mengenakkan dari masyarakat. Tekanan yang terus menerus dirasakan akan membuat wanita lajang semakin cemas terhadap masa depannya untuk memperoleh pasangan. Pada titik ini wanita lajang membutuhkan dukungan untuk membantu mereka mengendalikan kecemasannya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan tidak mendapatkan pasangan hidup pada wanita lajang yang bekerja. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita lajang yang berusia antara 27 sampai 40 tahun, dengan menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala, yaitu skala kecemasan tidak mendapatkan pasangan hidup dan skala dukungan sosial. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik parametrik yaitu korelasi Product Moment. Dari hasil pengujian bipotesis, diketahui babwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan tidak mendapatkan pasangan hidup (rxy sebesar -0,557) dengan p = 0,002 atau p < 0,05. Hal ini berarti makin tinggi dukungan sosial yang diperoleh seseorang, makin rendah kecemasan tidak mendapatkan pasangan hidup, dan sebaliknya. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi kecemasan seperti membedakan jenis kelamin atau tingkat pendidikan