Analisis hukum Islam terkait pernikahan adat Mubeng Masjid di Desa Kadilangu Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati

Pernikahan dalam pendapat fuqaha adalah ikatan yang bertujuan menghalalkan pergaulan bebas dan menghalalkan kelamin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sebelumnya tidak halal. Namun dalam pandangan Islam bukan halalnya hubungan kelamin itu saja yang menjadi tujuan tertinggi, tetapi bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah dalam rangkaian melanjutkan generasi di samping supaya suami-istri dapat membina kehidupan yang tentram lahir dan batin atas dasar saling mencintai dan mengasihi dalam suau rumah tangga yang sakinah (bahagia). Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang umum berlaku bagi makhluk Allah, semua yang diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan. Sebagaimana berlaku pada makhluk yang paling sempurna, yakni manusia. Jenis penelitian dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum nondoktrinal. Penelitian nondoktrinal adalah hukum yang dikonsepsikan sebagai pranata riil dikaitkan dengan variabel-variabel social yang lain. Atau jenis penelitian yang bersifat lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan survei. Dapat dikatakan sebagai penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil data dari masyarakat langsung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap tradisi mubeng masjid di desa Kadilangu Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1). Tradisi mubeng masjid di desa Kadilangu Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati merupakan tradisi Jawa yang diwariskan oleh para pendahulu muslim di desa tersebut. Adapun tata cara pelaksanaanya adalah pengantin dan keluarga berjalan ke arah muka masjid yaitu dari pintu kemudian belok ke arah kanan lantas mubeng masjid sebanyak satu kali putaran. Pada saat mubeng masjid ini diiringi dengan bacaan sholawat kepada nabi Muhammad. Pada awalnya waktu untuk mubeng masjid ini dilakukan seketika setelah akad nikah, akan tetapi sekarang tradisi tersebut tetap dilakukan hanya saja waktunya tidak seketika setelah akad nikah, biasanya dilakukan pada waktu malam setelah resepsi dan rangkaian acara dilaksanakan. 2). Tradisi mubeng masjid tersebut dalam Islam diperbolehkan karena tidak bertentangan dengan hukum Islam, dan termasuk ‘urf shahih (kebiasaan yang baik). Akan tetapi ‘urf shahih tadi menjadi ‘urf fasid manakala masyarakat yang menjalankan tradisi mubeng masjid ini hanyalah taqlid atau ikut-ikutan, tidak mengetahui tujuan dilaksanakan tradisi tersebut atau hanya mengikuti tradisi tersebut agar terhindar dari bahaya setelah pernikahan. Dilihat dari tujuannya adalah diperbolehkan, karena tradisi tersebut bertujuan agar dua orang yang telah menjadi pasangan suami istri tersebut dalam mengarungi hidup bersama tetap meningkatkan keimanan dan tidak meninggalkan masjid