Bimbingan agama untuk mengembangkan kemandirian penyandang tunanetra di Komunitas Sahabat Mata Semarang

Rima Nur Dwi Septiani (1701016068). Bimbingan Agama untuk Mengembangkan Kemandirian Penyandang Tunanetra di Komunitas Sahabat Mata Semarang. Kemandirian merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki setiap orang, karena dapat mempengaruhi aktivitas dan berfungsi untuk membantu mencapai tujuan hidup. Pelayanan khusus yang diberikan kepada penyandang tunanetra untuk membantu dalam mengembangkan kemandiriannya yaitu kegiatan bimbingan agama. Bimbingan agama sangat diperlukan bagi seorang difabel termasuk tunanetra agar mereka mampu memahami dan melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ajaran agama, serta agar mereka dapat memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi, memiliki keterampilan dan inovasi dalam rangka mengembangkan kemandiriannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi kemandirian penyandang tunanetra dan mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan kemandirian di Komunitas Sahabat Mata Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pembimbing dan penyandang tunanetra di Komunitas Sahabat Mata Semarang. Sumber data sekunder penulis memperoleh dari buku, jurnal, arsip, ataupun hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya, data di analisis menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pertama, kondisi awal tunanetra mayoritas belum memiliki kemandirian, hal ini dapat dilihat pada perilaku mereka seperti ketergantungan kepada orang tuanya, sering marah jika keinginannya tidak terpenuhi, merasa tidak bisa melakukan suatu apapun, belum bisa menerima keadaan, tidak menunaikan shalat jika tidak ada yang membantu untuk melaksanakannya, tidak berani keluar rumah. Kedua, pelaksanaan bimbingan agama terbagi ke dalam bimbingan agama secara kelompok dan individu. Materi yang disampaikan untuk mengembangkan kemandirian yaitu tentang keimanan, ibadah, akhlaq, dan pengembangan diri. Sedangkan metode yang digunakan yaitu metode langsung seperti percakapan pribadi, kunjungan ke rumah, ceramah, ketauladanan, dan tanya jawab dan metode tidak langsung seperti melalui telepon dan zoom meeting, radio, buku bicara dan komputer bicara. Bimbingan agama yang telah dilakukan di Komunitas Sahabat Mata Semarang dalam rangka mengembangkan kemandirian cukup efektif, hal ini terbukti dengan adanya perubahan pada diri tunanetra seperti bisa masuk sekolah inklusi, bisa melakukan banyak aktivitas sendiri, bisa menerima keadaannya, tidak pernah meninggalkan shalat, bisa membaca Braille, sudah berani keluar rumah, berkeinginan melamar pekerjaan lagi karena merasa sudah percaya diri dengan potensi yang dimiliki, dan berhasil menghafalkan juz 1-2 dalam Al-Qur’an