Pemahaman tokoh NU dan Muhammadiyah Kota Tegal tentang ayat-ayat gender kesetaraan dalam rumah tangga

Kepemimpinan suami dalam rumah tangga dipahami oleh mayoritas ulama sebagai ajaran agama yang mendapat legitimasi dari al-Quran. Pemahaman ini pada gilirannya disadari atau tidak menjadi rujukan umum masyarakat. Hal ini dikarenakan para ulama dianggap orang yang paling paham dan menguasai bidang agama. Penelitian ini bermaksud mengetahui pemahaman para tokoh Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Tegal terkait ayat-ayāt al-Qurān yang berkenaan dengan kesetaraan jender dalam kehidupan rumah tangga. Bagaimana pemahaman tokoh Kota Tegal terkait ayat-ayat kesetaraan gender dalam rumah tangga? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi pemikiran tokoh NU dan Muhammadiyah dengan metode wawancara untuk mendapatan data. Hasil wawancara terhadap tokoh NU dan Muhammadiyah menjadi data primer dalam penelitian ini. Kajian ini menghasilkan pandangan para tokoh NU dan Muhammadiyah terkait ayāt-ayat al-Qurān yang berkaitan dengan kesetarāan jender dalam rumah tangga. Mereka berpandangan bahwa (1) kesetaraan gender dalam rumah tangga adalah ketika suami dan istri melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang diwujudkan dalam pembagian peran di antara keduanya. (2) kepemimpinan dalam rumah tangga mutlak milik suami. Suami adalah pemimpin atau kepala rumah tangga. Kepemimpinan ini tidak terpengaruh oleh kondisi suami yang tidak mampu memberi nafkah keluarganya. Seorang istri tidak boleh menjadi pemimpin rumah tangga sekalipun ia mempunyai penghasilan lebih besar dari pada suaminya. ABSTRACT: The husband's leadership in the household is understood by the majority of scholars as a religious teaching that gets legitimacy from the Koran. This understanding, in turn, is realized or not, becomes a general reference for the community. This is because the scholars are considered the most understanding and masters in the field of religion. This study intends to find out the understanding of the figures of Nahdhatul Ulama and Muhammadiyah in Tegal City regarding the verses of the Qur'an relating to gender equality in domestic life. What is the understanding of Tegal City leaders regarding the verses of gender equality in the household? These problems were discussed through a study of the thoughts of NU and Muhammadiyah figures with the interview method to obtain data. The results of interviews with NU and Muhammadiyah figures became the primary data in this study. This study resulted in the views of NU and Muhammadiyah leaders regarding the verses of the Qur'an related to gender equality in the household. They are of the view that (1) gender equality in the household is when husband and wife carry out their respective obligations which are manifested in the division of roles between the two. (2) leadership in the household absolutely belongs to the husband. The husband is the leader or head of the household. This leadership is not affected by the condition of the husband who is unable to provide for his family. A wife may not be the head of the household even if she has a higher income than her husband