Penentuan arah kiblat dalam perspektif sains dan sosio-historis : studi di Masjid jami Menggoro Tembarak Temanggung

Wajib untuk dipahami, bahwa menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya salat. Apabila tidak menghadap kiblat, maka salatnya tidak sah bagi seorang muslim. Pada umumnya umat Islam di Indonesia menentukan arah kiblat itu diyakini berada di sebelah Barat. Padahal anggapan yang demikian merupakan pandangan yang keliru. Menurut Slamet Hambali dalam Thesisnya disebutkan bahwa arah kiblat adalah arah terdekat menuju Kakbah (al-Masjid al- ḥaram). Permasalahan keyakinan arah kiblat ini juga terjadi di Masjid Jami Menggoro Tembarak Temanggung Jawa Tengah. Masjid ini merupakan masjid yang memiliki nilai sejarah tersendiri karena merupakan masjid rintisan seorang wali yaitu Sunan Kalijaga. Masjid ini pun menjadi masjid yang dikatakan tertua di eks-Karesidenan Kedu. Selain memiliki nilai sejarah yang tinggi, masjid ini juga muncul permasalahan terkait arah kiblatnya yang pernah diukur oleh tim dari Kementerian Agama.Skripsi ini mengambil dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana penentuan arah kiblat Masjid Jami Menggoro Tembarak Temanggung dalam perspektif sains/ilmu falak. Kedua, bagaimana penentuan arah kiblat Masjid Jami Menggoro dalam perspektif sosio-historis. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan fokus kajian lapangan (field research), karena dalam penelitian ini mengulas pandangan masyarakat tentang suatu objek yaitu di Masjid Jami Menggoro Tembarak Temanggung Jawa Tengah. Data primer dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di Masjid Jami Menggoro Tembarak Temanggung Jawa Tengah. kemudian untuk data sekunder didapat dari berbagai tulisan dan dokumen yang terkait dengan Masjid Jami Menggoro. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan Sains/Ilmu Falak serta pendekatan sosiologi dan historis. Hasil penilitian ini menunjukkan dua hal. Pertama, berdasarkan dari hasil pengukuran kembali arah kiblat Masjid Jami’ Menggoro dengan menggunakan Theodolite dan Istiwa’aini serta teori perhitungan trigonometeri bola, arah kiblat masjid mengarah ke sudut 277 ̊ UTSB, maka dari itu terdapat perbedaan arah kiblat masjid saat ini dengan hasil perhitungan dan pengukuran yang mencapai 17 ̊ 39’ 1” kurang kearah Utara. Sedangkan hasil dari perhitungan dengan menggunakan Google Earth, diperoleh hasil yang hampir serupa dengan menggunakan Theodolite dan Istiwaaini. Arah kiblat masjid adalah 280̊ 8’ 24” UTSB. Artinya, arah kiblat masjid tersebut berbeda dengan azimuth kiblat yang seharusnya sekitar 14̊ 22’ 40.6” kurang ke arah Utara. Kedua, Dalam perspektif sosio-historis, keputusan dari para sesepuh dan pihak takmir masjid untuk tetap mengacu pada arah kiblat semula ini juga bukan tanpa alasan. Mereka menyandarkan keputusannya bahwa yang berijtihad terkait arah kiblat Masjid Jami Menggoro ini adalah seorang Wali yaitu Sunan Kalijaga. Dalam perspektif sosiologi hal yang demikian termasuk dalam teori fungsional, karena kebanyakan masyarakat awam lebih mempercayakan keputusannya kepada sosok yang dianggap memiliki wibawa atau pemahaman yang lebih dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, hal yang demikian merupakan wujud patuh atau ta’dhim seseorang kepada orang lain yang dianggap memiliki karamah atau wibawa