Tinjauan hukum ekonomi syariah tentang penyelesaian pembatalan dalam akad istishna

Pada prinsipnya, dalam melakukan transaksi jual beli barang harus ada rasa saling suka sama suka serta kerelaan mengenai barang yang di ijab dan qobul agar transaksi tersebut menjadi sah. Bilamana dalam terjadinya kesepakatan diantara kedua belah pihak telah tercapai, maka muncullah hak dan kewajiban diantara para pihak yang melakukan akad jual beli harus dipenuhi, dalam hal ini jual beli yang dimaksud adalah Bay’ al-istisna’. Akad jual beli istisna’ atau bisa di sebut dengan Bay’ al-istisna’ adalah sutau akad jual beli yang menggunakan sistem pemesanan terhadap barang tertentu dengan dibuatkan terlebih dahulu sesuai kriteria dan spesifikasi yang diinginkan oleh pemesan (pembeli/mustani’) dan penjual (pembuat/sani’) dan pembayaran yang dilakukan bisa diawal, pada saat pembuatan pesanan berlangsung ataupun pada saat penyerahan barang. Dalam pembahasan ini pembuatan barang yang dimaksud penulis lebih spesifik mengenai pemesanan barang mengenai objek atau barang yang diperjual belikan belum ada. Terkait dengan penulisan ini, lebih fokus terhadap usaha furniture yang dimiliki usaha perseorangan bukan pada pabrik dengan skala besar. Perusahaan furniture yang telah dilakukan pengamatan oleh penulis berada di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Dari beberapa perusahaan furniture tersebut terjadi permasalahan antara pemesan barang furniture dengan penerima pesanan, sehingga terjadi perselisihan dalam transaksi yang terjadi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini mengenai bagaimana penyelesaian pembatalan terhadap praktik jual beli furniture dengan akad istishna’ di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun serta bagaimana penyelesaian permasalahan pembatalan jual beli furniture dengan akad istishna’ jika di tinjau dari Hukum Ekonomi Syariah dengan studi kasus di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research) melalui pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan dari sudut pandang peraturan yang berlaku di masyarakat. Seluruh data dianalisa secara deskriptif analisis. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, jual beli yang terjadi di perusahaan furniture Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun berjalan dengan baik sesuai dengan yang disepakati, namun terdapat beberapa perjanjian yang tidak terlaksana dengan baik karena beberapa faktor. Meski dalam jual beli tersebut terdapat ketidaksesuaian, namun tidak mengurangi rukun dan syarat jual beli istishna sehingga transaksi tersebut tetap dianggap sah dan telah menjadi kebiasaan warga dalam bertransaksi. Sedangkan praktik jual beli furniture yang telah dilakukan perusahaan telah sesuai dengan hukum Islam karena sistem yang digunakan persuhaan tersebut termasuk dalam akad Bai’ Istishna’. Mengenai metode pembayaran yang digunakan bisa dilakukan diawal, dengan cara cicilan ataupun langsung melunasinya tergantung pada yang telah disepakati