Analisis komparatif Mazhab Syafii dan Mazhab Hanafi tentang pernikahan wanita hamil sebab zina di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo

Judul pada penelitian ini adalah “Analisis Komparatif Mazhab Syafii dan Mazhab Hanafi tentang Pernikahan Wanita Hamil Sebab Zina di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo” memiliki sebuah tujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pernikahan wanita hamil sebab zina di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo dan untuk menjelaskan analisis komparatif pendapat Mazhab Syafii dan Mazhab Hanafi mengenai pelaksanaan pernikahan wanita hamil sebab zina di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian field research atau penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini dilakukan dengan cara menggali data di lapangan dengan ada keterlibatan pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah berupa teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah melakukan studi komparatif pendapat dari Mazhab Syafii dan Mazhab Hanafi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pernikahan wanita hamil sebab zina yang terjadi di Kantor Urusan Agama Gedangan disyaratkan yang menikahi adalah laki-laki yang menghamilinya. Hal ini dikarenakan Kantor Urusan Agama Gedangan merujuk pada sebuah peraturan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada Pasal 53, wanita hamil karena zina boleh dinikahkan dengan pria yang menghamili. Jika pernikahan itu dilakukan oleh calon mempelai yang di bawah umur, maka Kantor Urusan Agama Gedangan meminta kepada kedua orang tua calon mempelai untuk mengajukan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama. Jika Pengadilan Agama tidak memberikan izin dispensasi nikah, maka pihak Kantor Urusan Agama Gedangan tidak berani memberlangsungkan pernikahan kedua calon mempelai. Kasus yang tejadi di Kantor Urusan Agama Gedangan terkait pernikahan wanita hamil yang disebabkan zina, Mazhab Hanafi berpendapat bahwa bila yang menikahi wanita hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, maka hukumnya boleh. Sedangkan jika yang menikahi wanita hamil itu adalah laki-laki yang bukan menghamilinya maka hukumnya tidak boleh sampai anak yang dikandungnya sudah dilahirkan. Mazhab Syafii berpendapat bahwa baik laki-laki yang menghamili ataupun yang tidak menghamili dibolehkan menikahinya. Pendapat mengenai Kantor Urusan Agama Gedangan hanya mengambil satu pendapat saja dari Mazhab Hanafi, yaitu boleh menikahi wanita hamil akibat zina dengan laki-laki yang menghamilinya. Begitupun juga dengan pendapat dari Mazhab Syafii, Kantor Urusan Agama Gedangan hanya mengambil satu pendapat saja yaitu diperbolehkan melakukan pernikahan dengan wanita hamil dengan orang yang menghamilinya. Saran yang diberikan penulis untuk Kantor Urusan Agama Kecamatan Gedangan adalah agar dapat melakukan kegiatan penyuluhan terjadwal dan terpadu guna menurunkan angka kasus pernikahan hamil karena zina. Adanya penyuluhan tidak hanya tertuju kepada para remaja, melainkan juga kepada orang tua tentang bagaimana pengawasan pada anak, khususnya yang telah melalui masa puber