SOEHARTO DAN ISLAM DI INDONESIA TAHUN 1985-1998: KEBIJAKAN AKOMODATIF DAN RESPON ISLAM

Skripsi ini bukan bermaksud membela Orde Baru. Skripsi ini hanya mencoba mengungkapkan bagaimana sejarah Islam pada masa Orde Baru. Islam berhadapan dengan negara menjadikan Islam sebagai kekuatan politik. Kekhawatiran penguasa akan Islam menjadikan negara membatasi garak politik Islam. Usaha penguasa menghilangkan politik Islam mencapai puncaknya dengan pemberlakuan Asas Tunggal. Dari pemberlakuan tersebut muncul asumsi bahwa Soeharto telah menghancurkan kekuatan Islam. Penulis menemukan fakta bahwa Islam sebagai kelompok mayoritas terlalu besar apabila hanya dibatasi dalam persoalan politik. Islam berhasil membentuk gerakan baru yang lebih inovatif di luar politik praktis. Kebijakan akomodatif Soeharto dalam bidang pendidikan, hukum, ekonomi dan sarana keagamaan. ternyata memacu perkembangan Islam Indonesia. Kebijakan akomodatif Soeharto merupakan tanda pengakuan Soeharto terhadap kekuatan Islam. Kebijakan akomodatif juga merupakan tanda terselesaikannya agenda negara saat berhadapan dengan umat Islam. Respon Islam terhadap kebijakan akomodatif Soeharto menimbulkan dampak positif bagi perkembangan Islam di Indonesia. Agenda baru umat Islam menampilkan citra Islam yang akomodatif dan dinamis. Peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan menjadi aktivitas baru yang mendapat prioritas. Penguasaan ilmu pengetahuan dan manajerial menjadikan umat Islam mampu menduduki posisi-posisi strategis dalarn birokrasi maupun dalam sektor swasta. Peningkatan sumber daya manusia yang diikuti oleh mobilitas ekonomi dan politik menyebabkan Islam keluar dari posisi pinggiran. Dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa tidak sepenuhnya benar jika mengatakan Islam di bawah Orde Baru telah dikekang secara keseluruhan. Islam sebagai kekuatan politik memang berhasil dilokalisir. Narnun, Islam tampil lebih inovatif dan mernainkan peran penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara