KERJA SAMA PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME DI ASIA TENGGARA

This paper analyzes regional cooperation on Counter Terrorism Financing (CTF) among Southeast Asian countries. Various studies have discussed the factors that construct the response of Southeast Asian countries in fighting terrorism, along with factors that undermines the counter terrorism efforts in the region. Nevertheless, these studies have not specifically adrress the risk of terrorism financing that remains high in the Southeast Asia, particularly in the frame of regional cooperation. By using the Regional Security Complex theory, this paper will explain the polarity and social structure characterizing CTF cooperation in the Southeast Asia, as well as another influential external actor. The focus of this research is on the funding aspects of dominant transnational terrorist groups after September 2001 such as Al-Qaeda and Islamic State (IS). Therefore, the discussion in this research will be focused on five countries that faced the threat of those group, i.e. Indonesia, Philippines, Malaysia, Singapore and Thailand. The findings in this article show that the characteristic of CTF cooperation in the region is largely affected by external power, while the social structure between the internal units of the region is not dominant. Thus, the efforts of the countries become ineffective in overcoming the problem of terrorism financing in the region. Keywords: Southeast Asia, Regional Cooperation, Terrorism Financing, Regional Security Complex (RSC)Tulisan ini menganalisis kerja sama regional di bidang pemberantasan pendanaan terorisme (PPT) antara negara-negara Asia Tenggara. Berbagai kajian sebelumnya telah membahas faktor-faktor yang mengkonstruksi respon negara-negara Asia Tenggara terhadap terorisme, beserta faktor-faktor yang menghambat upaya kontra terorisme di kawasan. Kendati demikian, kajian-kajian tersebut belum secara spesifik menjawab permasalahan pendanaan terorisme yang masih tinggi di Asia Tenggara, khususnya yang berkaitan dengan upaya regional untuk menanggulangi isu tersebut. Dengan menggunakan teori Regional Security Complex, tulisan ini akan menjelaskan polaritas serta struktur sosial yang membentuk karakteristik kerja sama PPT antar unit-unit di kawasan Asia Tenggara, maupun dengan aktor eksternal lainnya. Fokus dari penelitian ini adalah pada aspek pendanaan dari kelompok - kelompok teroris transnasional yang aktif paska Serangan September 2001 seperti Al-Qaeda dan Islamic State (IS). Oleh karena itu, pembahasan mengenai upaya PPT di Asia Tenggara pun akan difokuskan pada lima negara yang menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok tersebut, yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Temuan tulisan ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja sama PPT di kawasan Asia Tenggara lebih dipengaruhi oleh kekuatan eksternal kawasan, sementara struktur sosial antar unit-unit internal kawasan tidak dominan. Kondisi ini pada akhirnya membuat kerja sama antar negara-negara Asia Tenggara tidak efektif untuk mengatasi pendanaan terorisme di kawasan. Kata Kunci: Asia Tenggara, Kerja Sama Regional, Pendanaan Terorisme, Regional Security Complex (RSC