Tujuan penelitian ini untuk melihat fenomena bimbingan konseling yang diterapkan dalam lingkungan Kekristenan, dalam konteks sekolah/institusi dan gereja. Fenomena tersebut kemudian ditelusuri melalui pendekatan David Hume, khususnya yang berbicara mengenai pengalaman dan akses-aksesnya, persepsi, moralitas, dan simpati-empati. Hume menolak kausalitas, substansi dan blok-blok ide rasionalistik. Baginya, pengalaman merupakan fondasi pengetahuan. Pengalaman-pengalaman antar subjek menjadikan subjek sebagai subjek yang berpendirian, sekaligus sepenanggungan antar sesamanya. Metode penelitian menggunakan studi pustaka dengan sumber-sumber primer dan sekunder