Tinjauan viktimologi dan maqaṣid al-shari‘ah dalam perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual di Kota Surabaya: studi kasus di satreskrim polrestabes Surabaya unit PPA

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian empiris dengan judul “Tinjauan Viktimologi Dan Maqāṣid al-Sharī‘ah Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di Kota Surabaya (Studi Kasus Di Satreskrim Polrestabes Surabaya Unit PPA)”. Penelitian ini bertujuan guna menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual di Unit PPA Polrestabes Surabaya. Kedua, bagaimana analisis viktimologi dan Maqāṣid al- Sharī‘ah dalam perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual di Polrestabes Surabaya. Data penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dikaji dalam teknis analisis data menggunakan metode deskriptif induktif yaitu dengan menjelaskan peraturan perundang- undangan yang akan dikaji dengan objek penelitian yang dalam hal ini berkenaan dengan pelaksanaan hukum pada masyarakat yakni terkait bentuk perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban prostitusi online di PPA Polrestabes Surabaya data tersebut diolah dan dianalisis dengan sudut pandang Maqāṣid al- Sharī‘ah dan teori Viktimologi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa: Pertama, PPA Polrestabes Surabaya dalam perlindungan terhadap anak berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Seperti halnya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun di luar lembaga, terhadap upaya pemberian jaminan kesehatan bagi korban dan saksi baik fisik dan mental. Kedua, Upaya perlindungan prespektif viktimologi berhubungan terhadap empat tahapan dalam perlindungan PPA Polretabes Surabaya yaitu tahap pemulihan awal, tahap pendampingan hukum, tahap pendampingan lanjutan, dan terakhir tahap pengawasan pada anak pada saat sudah siap dikembalikan kepada orang tua. Ketiga, Dalam hukum islam perlindungan terhadap anak sebagai korban tidak dijelaskan secara detail dalam al qur’an dan hadits. Dalam hukum islam mengajarkan anjuran untuk melindungi anak dan melarang suatu perbuatan yang mengandung tindak pidana. Maka dari itu upaya pencegahan terjadinya perbuatan ekploitasi seksual atau tindakan prostitusi terhadap anak yang dilakukan Unit PPA Polrestabes Surabaya telah sesuai dengan Maqāṣid al-Sharī‘ah yang berkaitan terhadap hak pemelihara jiwa (Hifz al-Nafs) serta hubungannya dengan hak mempertahankan keturunan (Hifz al-Nasl). Adapun saran penulis: Pertama, perlindungan terhadap anak yang sudah diterapkan oleh Unit PPA Polrestabes Surabaya harus lebih sering melakukan pendekatan terhadap anak serta masyarakat dengan cara bersosialisai setiap sebulan sekali ke semua tempat pendidikan dan masyarakat supaya anak dan masyarakat setempat bisa merasa nyaman dan aman. Kedua, penerapan hukuman ta’zir bagi pelaku tindak pidana prostitusi online terhadap anak dibawah umur sebaiknya lebih tegas dan berat. Spirit hukum yang tegas haruslah dimiliki bagi penegak hukum untuk menanggulangi dan meminimalisir tindak pidana kekerasan seksual terkhusus bagi anak dibawah umur