Penyesuaian diri santri tehadap kegiatan Pesantren Desa Bahap Kecamatan Dolok Kabupaten Padang Lawas Utara

Penelitian ini berawal dari banyaknya santri yang kurang mampu dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan pesantren, penyesuaian diri ini terkait dengan kegiatan, peraturan, rutinitas dan sosialisasi dengan guru dan teman-teman di pondok pesantren. Hal yang paling utama dalam penyesuaian diri adalah penerimaan dari teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kegiatan wajib yang harus diikuti oleh santri, bagaimana cara santri dalam menyesuaikan diri dengan kegiatan dipesantren dan apa saja hambatan sosiologis dan psikologis dalam menyesuaikan diri dengan aktivitas dipesantren. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Mukhlishin Desa Bahap. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif, sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data skunder, subjek dalam penelitian ini adalah santri, kepala madrasah, pembina asrama dan wali kelas pondok pesantren Daarul Mukhlishin itu sendiri, dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah: metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumetasi. Hasil penelitian ini tentang bentuk-bentuk kegiatan santri yaitu mulai dari melaksanakan shalat tahajjud berjamaah, shalat bejamaah, menghapal mufrodat, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan belajar mengajar, kebersihan bersama, mengaji, dan berbagai macam kegiatan mingguan lainnya, cara santri dalam menyesuaikan diri dengan kegiatan di pesantren adalah berpikiran positif yaitu dapat membuat santri untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan setiap aktivitas yang ada di pondok, dukungan sosial yang membuat santri nyaman dan senang untuk tinggal dipesantren bersama teman-temannya, lingkungan dan tuntutan dan keterpaksaan yang membuat santri, dapat menjadi diri sendiri serta percaya diri. Hambatan sosiologis dan psikologis santri dalam menyesuaikan diri dengan kegiatan pesantren adalah faktor internal yaitu kondisi emosional dan kejiwaan, faktor eksternal tuntutan sekolah dan lingkungannya