Penentuan Kriteria Persamaan Merek pada Pokoknya dan Mekanisme Pendaftaran Merek sebagai Perlindungan Hukum Pemilik Merek

Sengketa merek mengenai persamaan pada pokoknya disebabkan adanya unsur yang dominan/esensial antara merek satu dengan merek yang lain dan menimbulkan kesan adanya persamaan/kemiripan. Merek “Predator” milik Acer Incorporated mengajukan gugatan penolakan permohonan merek untuk mengabulkan permohonan pendaftaran mereknya. Kasus selanjutnya Dhalim Soekodanu mengajukan gugatan pembatalan merek untuk membatalkan merek milik Darma Iliyadi karena terdapat persamaan pada pokoknya terhadap lukisan miliknya. Adanya penolakan permohonan merek dan pembatalan merek menunjukan bahwa Majelis Hakim dan DJKI dalam penerapan menentukan kriteria persamaan pada pokoknya memiliki pandangan yang berbeda, sehingga menimbulkan suatu ketidakjelasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian preskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan metode analisis data secara normatif kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan persamaan pada pokoknya adalah berupa tanda, mencari unsur esensial/dominan, menentuka barang sejenis/tidak sejenis, abila sejenis maka menilai persamaan dalam asal, cara pembuatan, dan sifat atau tujuan dari pemakaian. Bentuk perlindungan bagi pemilik merek secara preventif dengan adanya UU MIG, PERMENKUMHAM Tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek, dan Pedoman Umum untuk Pemeriksaan Substantif serta perlindungan hukum secara represif dapat dilakukan atas dasar gugatan penolakan permohonan banding, penghapusan merek, pembatalan merek, dan pelanggaran merek