Nilai-Nilai Sosial Budaya dalam Realitas Anak Putus Sekolah Keluarga Migran Etnis Nias (Studi Kasus Keluarga Migran Etnis Nias di Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam)

Masyarakat etnis Nias identik dengan menjadi buruh diperantauan, hal ini berawal dari masa penjajahan Belanda yang mencari jasa buruh angkut di pelabuhan terkhusus di Kota Padang dan hal ini terus terjadi hingga saat sekarang. Masyarakat buruh perkebunan sawit salah satunya adalah masyarakat buruh sawit etnis Nias yang menjadi migran pada lahan perkebunan sawit PT. Mutiara Agam di Nagari Tiku V Jorong, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Pada masyarakat Nias Tiku V Jorong ini terdapat fenomena anak-anak putus sekolah, kasus ini menjadi suatu perhatian khusus dikarenakan anak-anak yang beretnis Minangkabau yang merupakan masyarakat yang tinggal disatu wilayah dengan mereka tidak mengalami hal yang sama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran secara detail tentang fenomena sosial dalam masyarakat. Untuk melengkapi data lapangan maka untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu dengan menarik sampel secara sengaja untuk menentukan informan sesuai dengan kriteria spesifik terhadap permasalahan penelitian. Informan dari penelitian ini adalah orang tua dan keluarga dari anak-anak yang mengalami putus sekolah, orang dewasa etnis Nias yang pernah mengalami putus sekolah, pemerintah Nagari Tiku V Jorong, tetangga beretnis Nias dari anak-anak Nias yang mengalami putus sekolah, mandor panen sawit sebagai pengamat, ketua adat Nias yang menjadi pengamat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya kendala yang mengakibatkan anak-anak Nias Tiku V Jorong putus sekolah meliputi; kondisi etnis Nias sebagai buruh sawit dengan pola pemukiman yang jauh dari pusat desa dan sekolah dengan sarana yang kurang memadai yang bertempat di dalam perkebunan, sawit sebagai komoditas utama dan sudah bisa bekerja sebagai buruh tanpa ijazah sekolah, serta hambatan sosial berupa konvensi yang berimbas diskriminasi etnis dan agama terkhusus pada anak-anak Nias di masa-masa sekolah mereka sehingga mengakibatkan tidak berbersekolah menjadi pilihan satu-satunya. Terakhir, hambatan nilai-nilai budaya berupa hakikat hidup orang nias, pengaruh keluarga batih dan keluarga luas yang mengakibatkan anak-anak Nias putus sekolah sehingga menimbulkan konsepsi bekerja lebih penting dari bersekolah. Kata Kunci: Keluarga Migran, Anak Putus Sekolah, Etnis Nias, Pekerja Ana