Pengaruh wanita keluarga petani yang bekerja di berbagai sektor usaha terhadap tingkat fertilitas

Berdasarkan hasil penelitian bahwa para wanita keluarga petani yang tergolong pasangan usia subur di desa Genengan yang bekerja di berbagai sektor usaha bejumlah 772 orang. Dari sejumlah itu yang bekerja di sektor formal 12,28%, bekerja di sektor pertanian(tradisional) 19,30%, dan bekerja di sektor informal 68,42%. Apabila ditinjau dari pemilikan lahan usahatani setiap keluarga responden, akan terlihat bahwa sebagian besar dari mereka memiliki lahan sempit, lahan usahatani sedang (0,56 Ha - 1,05 Ha) 11,4%, luas (1,06 Ha - 1,50 Ha) 2,63%. Mereka bekerja dengan satu tujuan utama yaitu untuk membantu suaminya dalam mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Lokasi bekerja istri petani tersebut sebagian besar (94,73%) bekerja di desa sendiri-sendiri, dan sebagian kecil bekerja di kota (2,63%), di desa lain (2,63%). Berdasarkan hasil penelitian dari sejumlah 114 orang wanita pekerja sebagai responden, terlihat bahwa faktor pekerjaan mereka akan mempengaruhi tingkat fertilitasnya. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata tingkat fertilitas. Yang dihitung dengan jumlah anak lahir hidup setiap responden, sektor formal 3,07 sektor informal 3,20 dan sektor pertanian (tradisional) 4,36. Dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda diperoleh kepastian bahwa faktor pekerjaan seorang wanita yang mampu mempengaruhi tingkat fertilitas adalah curahan jam kerja, lama perkawinan, dan kematian janin. Bila dilihat nilai rata-rata curahan jam kerja, untuk sektor formal 201,43 jam, sektor informal 180,128 jam dan sektor pertanian (tradisional) 80,00 jam. Kemudian lama perkawinan disektor formal 17,97 tahun, di sektor perkawinan rata-rata 20,77 tahun. Sedangkan janin tertinggi rata-rata 0,14 di sektor informal rata-rata 0,101 dan di sektor pertanian rata-rata 0,09