Ekoteologi dalam Tafsir Kontemporer

Disertasi ini membahas tentang respons para mufasir kontemporer terhadap isu kerusakan lingkungan yang disebabkan salah satunya dari paradigma antroposentris yang justru melegitimasi pandangan ini dari ajaran kitab suci. Kajian ini menemukan bahwa mufasir kontemporer berbeda pandangan dengan antroposentris dan cenderung memiliki persamaan pendapat dengan ekosentris/deep ecology yang menyeimbangkan antara penggunaan sumber daya alam dengan upaya konservasinya. Disertasi ini juga mengungkap 9 (sembilan) poin fungsi tujuan penafsiran dalam membangun paradigma dan kesadaran ekoteologis manusia, yaitu: 1. Mengenali diri dan lingkungan untuk mengenal Tuhan/ecospiritual (al-?Alaq [96]: 2 dan Ibra>hi>m [14]: 32-33); 2. Manusia berperan menjaga kelestarian alam raya (Gha>fir [40]: 64); 3. Manusia harus menjadi wakil Tuhan di bumi yang teguh menegakkan keadilan bagi semua pihak, bijaksana dan bertanggung jawab/ecojustice (al-Baqarah [2]: 30); 4. Eksplorasi alam dengan dasar iman sehingga manusia dapat menggunakan SDA dengan rasa hormat dan bijak (An [3]: 190-191); 5. Observasi untuk selalu memastikan eksistensi SDA terjaga (al-Nu>r [24]: 44); 6. Konsisten dan komitmen dalam upaya konservasi (T}a>ha> [20]: 54); 7. Responsibilitas dalam hasil riset yang membawa manfaat bagi alam dan manusia/sosio ekologis (An [3]: 18); 8. Proteksi alam sebagai bentuk ibadah dan ketaatan terhadap perintah Tuhan (al-Furqa>n [25]: 63), dan 9. Penjaga bumi yang kreatif dalam mengelola dan memakmurkan bumi/integrasi antara nature economy dan devine economy (QS. Hu>d [11]: 61). Pendapat para mufasir kontemporer juga dapat dijadikan argumen untuk menggagas terminologi ekoteolgi Qurani dalam arti: ?Ilmu yang mempelajari tentang interaksi antar makhluk dalam ekosistemnya berdasarkan ayat takwi>n (alam semesta/ekologi) dan tadwi>n (nas al-Qur?an sebagai dasar teologi).? Ekoteologi berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan melalui penyeimbangan antara hak dan kewajiban manusia terhadap alam serta penghormatan terhadap hak asasi alam. Ini karena dalam al-Qur?an, baik manusia dan alam adalah mitra yang memiliki peran dan tujuan penciptaan masing-masing sebagai sesama ciptaan Tuhan. Selain mendukung kesepuluh mufasir yang diteliti dalam disertasi ini, disertasi ini juga mendukung pendapat Nasaruddin Umar (2009), Anne Marie Dalton & Henry C. Simons (2010), Ezichi A. Ituma (2013), James R Skillen (2016), Celia Deane-Drummond (2017), J J. Johnson Leese (2019) dan Hadi S Alikodra (2020) yang mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan basis ajaran agama dalam kitab suci. Sebaliknya penelitian ini berbeda dengan pandangan antroposentris yang digawangi oleh Aristoteles (322 SM) yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta/elemen terpenting di alam raya. Jenis penelitian disertasi ini adalah kualitatif dan menggunakan metode konten analisis. Selain itu penulis menggunakan 2 (dua) metode penafsiran, yaitu metode tafsir maud}u>?i dan metode tafsir muqa>ran untuk mengungkap perspektif al- Qur?an dan pemikiran mufasir Indonesia dan Timur Tengah tentang ekoteologi