FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 48-60 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS KEJAJAR 2KABUPATEN WONOSOBO

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis dengan tubuh pendek dan rentan terhadap penyakit, memiliki kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Stunting di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 27,67%. Kabupaten Wonosobo termasuk dalam prevalensi stunting di 100 Kabupaten/Kota dengan data jumlah prevalensi stunting sebesar 41,12%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 48-60 bulan di wilayah Puskesmas Kejajar 2 Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, desain cross sectional, dengan metode Chi-square dan teknik pengambilan data menggunakan system Random Sampling. Variabel yang diteliti terdapat variabel bebas panjang badan lahir, berat badan lahir, jenis kelamin, riwayat ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi, pola makan anak dan varibel terikat yaitu stunting.Hasil penelitian menunjukan karakteristik balita sebagian besar panjang badan lahir normal sebesar 72,3%, berat badan lahir sebagian besar normal sebesar 80%, jenis kelamin perempuan sebesar 60%. Anak berstatus ASI eksklusif sebesar 73,8%, balita stunting sebesar 63,1%, memiliki riwayat penyakit infeksi sebesar 64,6%, dan pola makan tepat sebesar 56,9%. Hasil uji statistik antara panjang badan lahir, berat badan lahir, jenis kelamin, riwayat ASI Eksklusif anak menunjukan p-value > 0,05. Hasil uji statistik riwayat penyakit infeksi P=0,031 dan pola makan dengan P= 0,012Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi, dan pola makan anak terhadap kejadian stunting pada balita usia 48-60 bulan di wilayah Puskesmas Kejajar 2. Saran bagi masyarakat adalah lebih sering datang ke tempat posyandu dan menanyakan mengenai tumbuh kembang anaknya sehingga dapat mencegah kejadian stunting pada anaknya