Implementasi Pendidikan Toleransi (Studi Kasus Interaksi Sosial Pondok Pesantren Kauman dengan Etnis Tionghoa Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang)

Keberagaman masyarakat Indonesia selain membawa keunikan tersendiri bagi negara ini, namun juga membuat negara ini menjadi rentan terhadap konflik antar masyarakat. Adapun beberapa diantaranya seperti konflik Ambon, Tolikara dan Poso. Desa Karangturi merupakan salah satu desa multicultural yang tingkat keberagaman masyarakatnya cukup tinggi. Berbagai agama mampu hidup berdampingan rukun berabad-abad lamanya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang implementasi Pendidikan toleransi yang di lakukan oleh pondok pesantren Kauman Lasem kepada para santrinya. Mendiskripsikan perspektif al-qur’an mengenai nilai-nilai toleransi yang diajarkan sekaligus di praktikan pondok pesantren Kauman Lasem serta apa saja yang menjadi hambatanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun tahapan penelitian meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Semua data yang telah dikumpulkan dianalisis dan disimpulkan. Hasil dari penelitian implementasi pendidikan toleransi kiai dan santri pondok pesantren kauman dengan etnis tionghoa di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa pendidikan toleransi sudah berjalan dengan sangat baik itu dibuktikan dengan respon etnis Tionghoa yang sangat terbuka sekali dengan pondok pesantren Kauman namun sayangnya masih ada beberapa hambatan yang membuat pendidikan toleransi tersebut menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu pengasuh dan pengurus berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan dapat berjalan dengan maksimal. Adapun beberapa hal yang dilakukan pondok pesantren Kauman Lasem dalam pendidikan toleransi seperti, membuat santri untuk sebanyak mungkin berinteraksi dengan etnis Tionghoa dalam segala kegiatan seperti seperti ro’an toleransi dan haul mbah ma’shoem. Adapun menurut keterangan pengurus, santri-santri menjadi lebih terbuka dan tidak takut lagi berinteraksi dengan etnis Tionghoa