Persepsi Santri Putri Tentang Praktik Penjagaan Hafalan Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Daarun Nuroin Jleper Demak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik penjagaan hafalan Al-Qur’an santri putri dan persepsi terhadap praktik penjagaan hafalan Al Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Daarun Nuroin Jleper Demak Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data dari Pondok Pesantren Daarun Nuroin Jleper Demak terdiri dari pengasuh, Ustadz, ustadzah dan santri sebagai subyek penelitian. Adapun teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian dianalisis secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Praktik penjagaan hafalan Al-Qur’an santri putri di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Daarun Nuuroin Jleper Demak dibedakan antara santri yang suci, santri putri yang haid dan santri putri yang belum khotam dan yang sudah khotam 30 juz. Praktik penjagaan hafalan bagi santri putri yang suci adalah muraja’ah (mengulang-ulang bacaan) bersama ustdz atau ustadzah dan muraja’ah (mengulang-ulang bacaan) ketika salat sunnah secara mandiri. Untuk santri putri yang haid cara menjaga hafalan Al-Qur’an dengan muraja’ah (mengulang-ulang bacaan) secara mandiri dan muraja’ah (mengulang-ulang bacaan) bersama teman. Sedangkan untuk santri putri yang sudah khotam dengan cara tasmi’ atau sima’an, sementara dalam kondisi haid santri hanya ikut menyimak bacaan temannya yang dilaksanakan di luar Pondok Pesantren. (2)Persepi santri terhadap praktik penjagaan hafalan Al Qur’an bagi santri putri di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Daarun Nuroin Jleper Demak khususnya bagi santri putri yang haid, dalam memahami bagaimana perempun yang sedang haid dalam menjaga hafalan Al-Qur’annya mengingat banyaknya ulama yang berbeda pendapat, menyadarkan pada kebiasaan yang di lakukan oleh Pondok Pesantren tersebut dan mengikuti penuh apa yang sudah menjadi adat atau kebiasaan Pondok Pesantren tanpa ada keraguan mengenai perbedaan pendapat para ahli. Mereka hanya mengikuti apa yang diberikan pada ustadz maupun ustadzahnya yaitu boleh membaca Al-Qur’an hanya mengulang-ulang hafalan tanpa menambah hafalannya atau mensetorkan hafalan baru kepada ustadz atau ustadzah