PENJUALAN HARTA BERSAMA OLEH SALAH SATU PIHAK MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi di Tiyuh Gunung Katun Tanjungan, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat)

ABSTRAK Pernikahan yaitu menghalalkan pria dan wanita untuk saling berhubungan untuk memenuhi kewajibannya sebagai pasangan suami dan istri setelah terjadinya akad nikah. Harta bersama merupakan harta kekayaan yang diperoleh selama masa ikatan perkawinan diluar hadiah atau warisan. Kesatuan harta kekayaan itu berlangsung selama perkawinan dijalankan dan tidak boleh dihilangkan atau dirubah tanpa persetujuan antara suami dan istri. Berdasarkan Undang-undang Perkawinan Pasal 35 dan Pasal 36, harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta benda bersama suami istri, sehingga jika salah satu pihak suami istri ingin melakukan perbuatan hukum atas harta bersama tersebut, seperti menjual harus mendapatkan persetujuan dari pihak lainnya. Yang terjadi di Tiyuh Gunung Katun Tanjungan, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat, bahwa ada salah satu pihak yang telah melakukan penjualan harta bersama tanpa persetujuan kedua belah pihak padahal harta bersama telah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Praktek Penjualan Harta Bersama Oleh Salah Satu Pihak di Tiyuh Gunung Katun Tanjungan? 2) Bagaimana Pandangan Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Mengenai Penjualan Harta Bersama Oleh Salah Satu Pihak di Tiyuh Gunung Katun Tanjungan? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (field research), sedangkan sifat penelitiannya bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik interview dan observasi. Data hasil temuan digambarkan secara deskriptif dan analisis menggunakan cara berfikir induktif. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Praktek penjualan harta bersama oleh salah satu pihak yang dilakukan oleh bapak Juanda dan Ferdi dengan ibu Sudarti, Zubaidah dan Yola di Tiyuh Gunung Katun Tanjungan, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penjualan itu dilakukan karena untuk kepentingan pribadi diantaranya yaitu mempunyai hutang piutang yang tidak diketahui pasangannya dan tidak menemukan jalan keluar untuk melunasi hutang yang membuat mereka terpaksa menjual harta bersama tersebut, menjual harta bersama tersebut sering terjadi untuk membantu orang tua dan sanak saudara mereka yang kesulitan ekonomi, mereka menjual harta bersama tersbut dikarena pasangan mereka tidak memberi izin untuk menolong sanak saudara yang sedang kesulitan akirnya mereka melakukan penjualan harta bersama tanpa persetujuan kedua belah pihak. Bahwa praktek jual beli harta bersama oleh salah satu pihak tidak sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Ditinjau dari Hukum Islam harta bersama dalam Islam lebih identik diqiyaskan dengan syirkah abdan mufawwadhah yang berarti perkongsian tak terbatas sebagai ganti modal karena syarikah menghendaki percampuran modal. Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 36 ayat (1) maka salah satu pihak baik suami atau istri tidak dapat mengesampingkan atau meninggalkan pihak lainnya untuk melakukan perbuatan hukum yang berhubungan dengan harta bersama tersebut