Aplikasi Feeding Regime Pada Budidaya Udang

Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vannamei (Litopeneus vannamei) merupakan jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki prospek dan profit yang tinggi. Kegiatan kultivasi udang harus memperhatikan aspek internal maupun eksternal agar menghasilkan komoditas serta produksi udang yang berkualitas. Pemberian pakan merupakan salah satu permasalahan dalam kegiatan budidaya udang karena mendominasi 60-70% dari total biaya operasional dalam satu kali siklus budidaya. Adanya permasalahan tersebut, maka perlu adanya manajemen pakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas organisme budidaya. Salah satu penerapan manajemen pakan yaitu aplikasi feeding regime yang memiliki prinsip dengan pemberian pakan sesuai kebutuhan nutrisi dan morfologis fisiologis pada setiap stadia pertumbuhan udang. Penerapan aplikasi feeding regime pada budidaya udang dilakukan dengan memberikan formulasi pakan mikroalga, zooplankton dan artificial feed dimulai dari pertumbuhan udang pada stadia nauplius- 5 hingga udang dewasa dan dilakukan pengamatan terhadap growth rate, survival rate dan bobot akhir. Mikroalga diberikan sebagai pakan utama bagi budidaya udang pada stadia nauplius-5 hingga protozoea pada pertumbuhan udang. Pemberian mikroalga pada stadia ini sesuai dengan karakteristik morfologis dan fisiologis udang sehingga mikroalga merupakan formulasi pakan yang tepat pada stadia ini. Jenis mikroalga yang digunakan sebagai pakan udang yaitu Tetraselmis, Isochrysis galbana, Chaetoceros, Skeletonema costatum, Thalossiosira dan Dunaliella salina. Mikroalga mengandung kisaran nutrisi protein sekitar 12-35%, lemak 7,5-23%, karbohidrat 4,6 -23%, PUFA serta pigmen yang sangat dibutuhkan oleh organisme udang dalam mendukung pertumbuhannya. Zooplankton diberikan pada pertumbuhan udang stadia mysis hingga post larva. Perubahan jenis pakan diakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan dari herbivora menjadi karnivora sehingga menimbulkan sifat pemangsaan. Adanya perubahan tersebut menjadikan pemberian zooplankton sebagai pakan merupakan formulasi pakan yang tepat. Jenis zooplankton yang digunakan pada budidaya udang yaitu Artemia sp, Brachionus sp, Moina sp dan Dhapnia sp. Artificial feed diberikan pada stadia juvenil hingga udang dewasa. Pemberian artificial feed pada stadia ini bertujuan dalam pengurangan masalah, risiko serta lebih efektif. Pemberian mikroalga maupun zooplankton pada stadia ini membutuhkan monitoring serta risiko yang lebih tinggi. Artificial feed juga dapat meningkatkan proses reproduksi dan hasil panen sehingga pakan artificial feed lebih efektif diberikan pada stadia juvenil hingga udang dewasa. Selain itu, melalui review ini diketahui bahwa pemberian mikroalga aplikasi feeding regime pada stadia nauplius VI – protozoea pakan jenis mikroalga Chaetoceros calcitrans menghasilkan laju pertumbuhan, kelulushidupan dan bobot akhir udang berturut-turut 0,23 gr/ekor/hari, 90% dan 2,5 gr serta 0,29 gr/ekor/hari, 85% dan 6,5 gr. Stadia mysis – post larva, penambahan Chaecoteros calcitrans pada Artemia salina menghasilkan laju pertumbuhan spesifik, kelulushidupan dan bobot akhir berturut-turut 90%, 86%viii dan 5,45 gr serta 2,05%, 86% dan 1,9 gr. Stadia juvenil - udang dewasa, penambahan Chaecoteros calcitrans pada artificial feed menghasilkan laju pertumbuhan, survival rate dan FCR berturut turut 2,75%, 95% dan 0,76