Potensi Serbuk Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dalam Memperbaiki Aging Ovarium pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvegicus) Premenopause

Aging ovarium adalah proses yang berhubungan dengan penurunan kemampuan reproduksi pada individu betina yang ditandai dengan reduksi jumlah folikel secara drastis. Penyebab terjadinya aging ovarium diduga karena adanya peningkatan produksi oksidan seperti ROS oleh mitokondria sel granulosa ovarium. Peningkatan produksi ROS kemungkinan berasal dari proses fosforilasi oksidatif dan steroidogenesis. Peningkatan produksi ROS yang melebihi kemampuan homeostasis dalam sel granulosa ovarium akan menyebabkan gangguan pada proses tumbuh kembang folikel ovarium. Tanaman kunyit sudah sejak lama digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman kunyit, terutama pada bagian rimpang diduga mengandung senyawa kurkumin dan senyawa-senyawa lain yang mempunyai potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek pemberian serbuk rimpang kunyit, dalam memperbaiki aging ovarium pada tikus putih betina premenopause. Perbaikan aging ovarium diharapkan melalui fungsi kurkumin sebagai antioksidan yang mampu mengaktivasi Nrf2 dan memulai proses transkripsi enzim antioksidatif seperti enzim GST. Pembentukan enzim GST akan melindungi sel granulosa dari radikal bebas sehingga diharapkan proses proliferasi sel granulosa dapat berjalan dengan baik. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan analisis fitokimia menggunakan LC-MS untuk mengetahui kandungan senyawa pada serbuk rimpang kunyit, analisis in silico terhadap senyawa-senyawa yang terkandung dalam serbuk rimpang kunyit untuk mengetahui potensinya sebagai antioksidan dan analisis potensi penghambatan kurkumin terhadap ikatan antara Nrf2 dan Keap1 secara in silico. Penelitian utama dilakukan secara in vivo dengan memberikan perlakuan serbuk rimpang kunyit pada hewan coba sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Analisis in silico dilakukan dengan menggunakan software Pass Server untuk memprediksi potensi senyawa-senyawa yang terkandung dalam serbuk rimpang kunyit sebagai antioksidan, melalui skor probability activity (Pa). Selanjutnya untuk senyawa kurkumin dilakukan docking menggunakan PyRx untuk mengetahui potensinya sebagai inhibitor ikatan antara Nrf2 dengan protein Keap1. Penelitian in vivo dilakukan dengan menggunakan 30 ekor tikus putih strain wistar betina dengan bobot rata-rata 200-250 g, usia 12 bulan yang diasumsikan sudah memasuki masa premenopause. Perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok diulang sebanyak 5 kali ulangan. Kelompok perlakuan terdiri dari P0 yaitu perlakuan kontrol negatif dimana hewan coba hanya diberi akuades, P1 yaitu perlakuan kontrol positif dimana hewan coba diberi serbuk kurkumin dengan dosis 6,75 mg/kg BB, P2 yaitu hewan coba diberi perlakuan serbuk rimpang kunyit sebanyak 100 mg/kg BB, P3 : 200 mg/kg BB, P4 : 400 mg/kg BB, dan P5 : 800 mg/kg BB. Serbuk rimpang kunyit diberikan secara oral selama 27 hari. Pada hari ke1 dan ke14 dilakukan koleksi darah untuk keperluan mengukur kadar estradiol. Pada hari ke28 semua hewan coba dikorbankan, untuk isolasi organ ovarium. x Sampel ovarium kanan digunakan untuk pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBA. Sampel ovarium kiri difiksasi dengan larutan fiksatif formalin 10 % selama 24 jam, kemudian dilakukan prosedur mikroteknik dan pewarnaan HE untuk mengetahui jumlah folikel dan pewarnaan imunohistokimia untuk mengetahui proliferasi sel granulosa melalui deteksi PCNA, mengetahui distribusi MDA, Nrf2 dan enzim GST. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil analisis fitokimia menggunakan LC-MS menunjukkan bahwa pada serbuk rimpang kunyit terdeteksi sebanyak 49 jenis senyawa. Senyawa-senyawa yang terdapat pada serbuk rimpang kunyit diantaranya adalah curcumin 7,798 %, curcumene 5,411 %, α turmerone 4,949 %, demethoxycurcumin 4,115 %, curcumenone 4,100 %, ar turmerone 3,898 %, procurcumenol 2,804 %, cinnamic acid 2,676 %, caffeic acid 2,675 %, turmeronol B 2,504 %, β caryophyllene 2,350%, arabinose 2,313 %, bis demethoxycurcumin 2,277 %, β sitosterol 2,230 %, dan glucose 2,214 %. Senyawasenyawa pada serbuk rimpang kunyit yang berpotensi sebagai antioksidan berdasarkan nilai Pa adalah ascorbic acid dengan nilai Pa 0,951, quercetine 0,878, β carotene 0,823, arabinose 0,801, bis demethoxycurcumin 0,685, demethoxycurcumin 0,654, curcumin 0,634, caffeic acid 0,611, cinnamic acid 0,489, letestuianin A 0,483, calebin A 0,464. Penelitian secara in silico menunjukkan bahwa senyawa kurkumin mempunyai potensi sebagai inhibitor ikatan antara Nrf2 dan Keap1. Potensi kurkumin sebagai inhibitor ikatan antara Nrf2 dan Keap1 berdasarkan nilai Pa yaitu sebesar 0,634, nilai binding affinity antara kurkumin dan Keap1 sebesar -8,4, kemampuan kurkumin berikatan dengan molekul protein Keap1 pada sisi aktif SER508A, ALA556A, TYR525A, TYR334A, dan ARG415A. Hasil penelitian secara in vivo menunjukkan bahwa pemberian serbuk rimpang kunyit dosis 200 mg/kg BB adalah dosis optimal, karena nilai parameter yang diamati selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol negatif, walaupun tidak selalu merupakan hasil tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan dosis serbuk rimpang kunyit yang lain. Serbuk rimpang kunyit dosis 200 mg/kg BB menurunkan secara signifikan kadar MDA ovarium tikus putih premenopause sebesar 40,24 %, menurunkan secara signifikan distribusi MDA sebesar 41,42 %, meningkatkan distribusi Nrf2 sebesar 2,74 %, meningkatkan secara signifikan distribusi enzim GST tertinggi sebesar 48,54 %, dan meningkatkan secara signifikan kadar hormon estradiol sebesar 3,53 kali dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian serbuk rimpang kunyit dosis 200 mg/kg BB pada tikus putih premenopause juga optimal meningkatkan proliferasi sel granulosa ovarium yaitu sebesar 6,65 % dan meningkatkan secara signifikan jumlah folikel primer tertinggi sebesar 2,62 kali, meningkatkan jumlah folikel sekunder sebesar 22,59 %, meningkatkan secara signifikan jumlah folikel antral tertinggi sebesar 81,08 %, serta meningkatkan jumlah korpus luteum tertinggi sebesar 32,26 % dibandingkan dengan kontrol negatif