Analisis Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Menyerap Potensi Emisi Karbon Dioksida (CO2) Antropogenik Kota Malang

Salah satu fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai penyeimbang antara lingkungan hidup dan lingkungan binaan pada kawasan perkotaan yaitu sebagai sumber penghasil oksigen dan mereduksi emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Tingginya aktivitas manusia pada kawasan perkotaan berdampak terhadap tingginya emisi yang dihasilkan. Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu senyawa emisi yang berperan dalam terjadinya pemanasan global. Tingginya emisi CO2 yang dihasilkan dapat mengakibatkan fenomena efek rumah kaca yang mempengaruhi aktivitas alam seperti cuaca, permukaan air laut, pertanian dan lainnya sehingga berdampak terhadap aktivitas makhluk hidup. Pembangunan yang dilakukan pada kawasan perkotaan mengakibatkan dialihfungsikan lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun menjadikan emisi CO2 yang dihasilkan. Vegetasi melalui proses kimiawi yang disebut fotosintesis mampu mereduksi emisi CO2 sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan global. Melalui analisis penginderaan jarak jauh Landsat-8 menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), pada Tahun 2021 Kota Malang memiliki luas tutupan lahan bervegetasi sebesar 56.4 Km2 atau setara dengan 51.3% dari luas total Kota Malang dengan kemampuan mereduksi emisi sebesar 2,046,928.7 Ton CO2/tahun atau setara dengan 233,667.7 Kg CO2/jam. Perhitungan potensi emisi antropogenik yang dilakukan terdiri dari 2 sektor, yaitu sektor respirasi dan sektor transportasi. Potensi total emisi yang dihasilkan pada Tahun 2021 yaitu sebesar 1,041,555.43 Ton CO2 atau setara dengan 118,899.02 Kg CO2/jam. Diramalkan hingga Tahun 2031, potensi emisi yang dihasilkan antropogenik Kota Malang akang mengalami penurunan sebesar 7.75% dari Tahun 2021 atau setara dengan 942,958.42 Ton CO2. Resultan yang diperoleh Kota Malang yaitu, kondisi tutupan lahan bervegetasi eksisting mampu mereduksi total potensi emisi yang dihasilkan dari antropogenik Kota Malang. Kemampuan vegetasi Kota Malang lebih besar dibandingkan dengan potensi emisi yang dihasilkan antropogenik Kota Malan