Hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal pada Populasi Desa Cepokomulyo Kabupaten Malang.

eluhan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. Keluhan ini meliputi gejala nyeri, pembengkakan, kekakuan hingga imobilitas pada sendi atau otot yang berhubungan dengan adanya beban biomekanik dan disregulasi proses inflamasi. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator untuk menghitung berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Peningkatan IMT menjadi faktor risiko untuk perkembangan gejala keluhan muskuloskeletal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan IMT terhadap terjadinya keluhan muskuloskeletal dan prevalensi keluhan muskuloskeletal pada subyek dengan IMT obesitas. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Subjek yang digunakan adalah 250 orang populasi penelitian SMART HEALTH di Desa Cepokomulyo Kepanjen, Kabupaten Malang. Data variabel diambil dari data sekunder dari rekam medis dan kuesioner. Keluhan muskuloskeletal diukur menggunakan WHO-ILAR COPCORD modifikasi dan IMT diklasifikasikan dengan kriteria Asia Pasifik menurut WHO. Hasil penelitian mendapati 1,2% subyek underweight, 12,4% subyek berat badan normal, 13,2% subyek overweight, 45,6% subyek obesitas kelas I, 27,6% subyek obesitas kelas II, 66,8% mengalami keluhan muskuloskeletal <7 hari, dan 41,2% mengalami keluhan muskuloskeletal >7 hari yang lalu. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara IMT baik dengan keluhan muskuloskeletal <7 hari (p = 0,006) maupun dengan keluhan muskuloskeletal >7 hari yang lalu (p = 0,038). Prevalensi keluhan muskuloskeletal pada subyek obesitas sebesar 50,8% untuk keluhan muskuloskeletal 7 hari yang lal