Mosehe Wonua (Kajian atas Ritual Tolak Bala dan Diskursus di Kalangan Tokoh Adat dan Agama dalam Masyarakat Tolaki-Mekongga di Kolaka)

Hasil penelitian adalah: Eksistensi ritual mosehe wonua adalah sebagai salah satu bentuk ritual adat untuk menyucikan negeri yang dikenal oleh masyarakat Tolaki-Mekongga di Kolaka. Misalnya ketika banyak terjadi bencana seperti gagal panen, kekeringan, wabah penyakit, dan lain sebagainya. Prosesi memiliki dua tahapan, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan: Musyawarah, membuat rumah adat dan mempersiapkan perlengkapan ritual. Tahap pelaksanaan diawali dengan mombesara (permohonan izin tolea), pembersihan kerbau, pembacaan doa, menombak kerbau secara simbolis dan pemotongan hewan kerbau. Kalo sara bermakna hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusian dengan alam. Kerbau putih bermakna ketulusan hati/suci, telur ayam berbentuk bulat bermakna dunia, putih telur bermakna kesucian, kuning telur bermakna emas/ kesuksesan, kulit telur yang mudah/rapuh bermakna kemudahan rezeki. Lilin bermakna penerang, kain putih bermakna hati yang suci/ikhlas, batang pisang bermakna mendinginkan dan perpaduan daun sirih, kapur dan buah pinang adalah simbol menyatukan semua pihak yang ada di Kolaka. Pandangan tokoh adat bahwa mosehe wonua bukan sekedar menolak bala akan tetapi mosehe wonua juga sebagai ajang bersilaturahim. Sedangkan pandangan tokoh agama tentang mosehe wonua di Kolaka masih berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa ritual mosehe wonua tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan ada juga yang berpendapat bahwa ritual mosehe wonua merupakan suatu kemusyrikan atau bertentangan dengan ajaran agama Islam