Konsensus Sakral: studi sosial kultural budaya Ma’kombogan Kalua’ pada kasus penetapan nama Tana toraja dan hubungannya dengan integrasi sosial masyarakat Tana Toraja

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan atau metode penelitian kualitatif, yaitu pendekatan yang berusaha memahami makna yang ada di balik kenyataan, dalam hal ini konsensus sakral dalam budaya ma’kombonganvi kalua’ tahun 1947 untuk penetapan nama Tana Toraja dan hubungannya dengan integrasi sosial masyarakat Tana Toraja. Sedangkan tujuan penelitian tesis ini adalah mendeskripsikan proses ma’kombongan kalua’ pada kasus penetapan nama Tana Toraja, mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya ma’kombongan kalua’, serta mendeskripsikan hubungan antara budaya ma’kombongan kalua’ dengan integrasi sosial dalam masyarakat Tana Toraja. Konsensus kombongan kalua’ tahun 1947 menetapkan nama Tana Toraja menjadi nama Kabupaten lahir dari kesadaran kolektif masyarakat Toraja akan identitas sosial mereka. Kesadaran kolektif itu terjalin dari ayaman nilai-nilai moral masyarakat Toraja (moral community) mendorong lahirnya consensus moral, lalu menghasilkan konsensus sakral (basse).Konsensus adalah hasil kesadaran kolektif, yang dikukuhkan dalam ritus ma’pesungmenciptakan integrasi sosial dalam masyarakat Toraja. Nama Tana Toraja mengintegrasikan masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang agama: Aluk, Islam dan Kristen serta berasal dari berbagai wilayah kekuasaan adat yang otonom. Ini menegaskan bahwa budaya kombongan kalua’ mampu mengintegrasikan semua kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga kehidupan social masyarakat Toraja tidak ambruk