Pengelolaan Konflik dalam Pergaulan Multikultural (Studi Kasus di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga)

Selama manusia masih ada, konflik merupakan persoalan yang tidak akan terhindarkan. Perdebatan soal pluralitas di Indonesia pun akan terus berlanjut, dan akan semakin panjang karena tidak mudah untuk memahami Indonesia. Keragaman yang tidak terkelola dengan baik merupakan sumber terbesar dari munculnya konflik, baik itu konflik individu maupun konflik antar kelompok. Universitas Kristen Satya Wacana merupakan salah satu universitas yang multikultural, karena keragamannya itu maka ia dijuluki “Indonesia Mini”. Berbagai macam konflik baik idividu maupun antar kelompok kerap kali terjadi, hal tersebut ditunjukan dengan data yang tercatat di kepolisian kota Salatiga dimana menunjukan pernah beberapa kali terjadi konflik antar kelompok etnis mahasiswa. Berdasarkan pada latar belakang keragaman yang ada dan konflik yang pernah terjadi, maka menarik untuk diketahui mengenai bagaimana pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW dan kelompok etnis mahasiswa UKSW? Serta faktor-faktor yang apa saja yang mempengaruhi pengelolaan konflik di UKSW?Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dengan menggunakan beberapa teori manajemen konflik, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis mengenai pengelolaan konflik dalam pergaulan multikultural yang terjadi di UKSW, sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian tersebutmaka digunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analitis.Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW maupun kelompok etnis mahasiswa sejauh ini meliputi: kegiatan ekspo budaya, malam keakraban, ibadah kelompok, sharing, olahraga, pendekatan personal, pembinaan oleh senior, dan kegiatan keagamaan lain yang dapat mempertemukan seluruh kelompok etnis mahasiswa. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik diantaranya adalah: ketertiban dan keamanan, keharmonisan, kondusifitas proses belajar mengajar, dan merawat keragaman. Berdasarkan pada hasil temuan di lapangan dapat disimpulkan, bahwa konflik yang terjadi bermula dari konflik pribadi yang dipicu oleh minuman keras kemudian menjadi konflik antar kelompok karena ada dukungan solidaritas kesukuan/kedaerahan, selain itu pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan konflik di UKSW sejauh ini belum memiliki pendekatan yang sistematis dan belum memiliki metode penyelesaian konflik yang efektif hingga akar masalah. Pendekatan struktural juga belum maksimal, sehingga pengelolaan konflik yang dilakukan cenderung normatif. Penyelesaian konflik juga bersifat permukaannya saja, sehingga dimungkin akan muncul konflik di kemudian hari akibat dari konflik di masa lalu