Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jalannya perjuangan rakyat Temanggung melawan militer Belanda pada masa agresi militer Belanda II 1948-1950. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalahmetode hitoris. Langkah pertama adalah heuristik yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau atau tahap mengumpulkan sumber. Tahan kedua adalah verifikasi(kritik) yang merupakan kegiatan meneliti sumber untuk menentukan validitas dan reabilitas sumber sejarah yang dikumpulkan, yaitu kegiatan meneliti sumber-sumber sejarah baik secara ekstern maupun intern. Tahap ketiga adalah interpretasi adalah cara untuk mendapatkan makna dan keterkaitan antar fakta. Keempat, historiografi atau penulisan sejarah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada tanggal 22 Desember 1948, Belanda menguasai Temanggung. Pasukan TNI dan Pejuang mundur keluar kota. Membangun markas di lereng gunung Sumbing. Tokoh Birokrat menolak bekerjasama dengan Belanda. Mereka memilih mengungsi. Bersama TNI mendirikan pemerintahan darurat. Perjuangan dibantu semua rakyat. TNI berjuang dengan bergerilya. Rakyat memberikan perlindungan dan makanan. Banyak yang menjadi “pager desa” mencari informasi. Para pelajar tergabung dalam Tentara Pelajar (TP), ikut berperang melawan Belanda. Selama pendudukan Belanda di Temanggung, rakyat menderita. Kekejaman Belanda paling terkenal di Temanggung adalah pembantaian di Kali Progo. Jumlah korban mencapai ribuan. Korban bukan hanya dari TNI dan Pejuang, tetapi rakyat yang dicurigai membantu mereka juga dibunuh. Belanda menduduki Temanggung sampai 10 November 1949, hingga akhirnya Temanggung kembali ke Republik Indonesiasesuai dengan kesepakatan KMB