Pengelolaan Tenaga Kependetaan di Gereja Hkbp (Suatu Kajian Kebijakan Dari Perspektif Teori Pengelolaan Manajemen Sumber Daya Manusia)

Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya agar program maupun rencana-rencana dapat dijalankan. Pemimpin berfungsi untuk melihat, mengamati dan menilai tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah benar – benar melaksanakan hasil yang direncanakan. Apabila terjadi penyimpangan dari rencana, perlu diperbaiki dengan memberi arahan – arahan kepada pegawai. Dalam hal inilah diperlukan pengelolaan, agar mendukung strategi organisasi untuk memberikan kontribusi dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Pengelolaan akan berhasil jika organisasi mampu mengelola dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kebijakan pengelolaan tenaga kependetaan mulai dari penerimaan mahasiswa, calon pendeta dan penempatan, mutasi serta masalah dan kendala dalam penerapan kebijakan pengelolaan tenaga kependetaan. Data yang dikumpulkan dengan metode kualitatif melalui wawancara kepada rektor STT HKBP di Pematang Siantar, Sekretaris Jenderal HKBP, Kepala Departemen Marturia, Kepala Departemen Koinonia, Kepala Personalia di Pearaja-Tarutung. Tehnik trianggulasi dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, serta mempelajari dokumendokumen yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan tenaga kependetaan yang dilakukan di HKBP adalah satu langkah positif dan sebaiknya pemimpin mau mendengar masukan dari praeses selaku pemimpin di distrik, pendeta resort, pendeta jemaat serta suara jemaat, sehingga penempatan dan mutasi pendeta dapat dilaksanakan dengan tepat berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.Each organization has a goal to reach based on its vision and mission. Because of it the organization has system and mechanism applied as a way to conduct the program or the plans. The leader has a role to see, observe, and evaluate the action or the employees’s work, whether they implement the result as planned before. If there is any deviation of the plan, it should be corrected by giving directions to the employees. In this part, it needs management to support organization’s strategy to give a contribution in creating the superiority of competitive. Management will be successful if the organization is able to manage and empower the quality of human resources. The aim of this research is to describe the policy of clergy staff management that starts from the acceptance of students, priest candidates and occupying, mutation, also problem and obstacle of implementing clergy staff management policy. The data were collected, based on qualitative method, by interviewing the head of STT HKBP in Pematang Siantar, secretary general of HKBP, Head Departement of Marturia, Head Departement of Koinonia, Head of personnel in Pearaja-Tarutung. The technique of triangulation is conducted by asking the same question but ini different technique, also learning the documents. The result shows that the policy of clergy staff management that has done by HKBP is one of the positive steps and it would be better if the leader wants to listen to the suggestion from “praeses� as the head of district, priest of resort, priest of the congregation and the congregation’s voice, so that the occupying and priest mutation can be applied well, according to the rule decided before