UPAYA MENCEGAH RADIKALISME BERAGAMA MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMP TUMBUH BANTUL YOGYAKARTA

Radikalisme agama sedang marak terjadi di masyarakat, yang tentunya menimbulkan ketakutan dan keresahan. Radikalisme agama ini disebabkan banyak faktor baik politik, pengetahuan agama rendah, juga salah penafsiran dalil keagamaan. Lebih parahnya, sasaran yang dijadikan korban maupun pelaku radikalisme ini adalah anak usia remaja dan remaja menuju dewasa. Mengingat usia mereka masih rentan dalam mencari identitas diri sehingga upaya mencegah radikalisme agama di sekolah perlu dilakukan. Penelitian kualitatif ini bertujuan: Mengetahui argumen dasar, mengetahui upaya deradikalisasi SMP Tumbuh melalui pendidikan inklusif, dan menganalisis faktor pendukung maupun faktor penghambatnya. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data melalui pengorganisasian data setelah data sudah dianggap memadai, merumuskan dan menafsirkan data, dan kemudian diambil kesimpulan akhir dalam data berupa temuan umum dan temuan khusus. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, argumen dasar deradikalisasi melalui pendidikan inklusif berupa remaja usia rentan, pendidikan inklusif sebagai alternatif dan sedikitnya sekolah inklusif. Kedua, upaya deradikalisasi agama SMP Tumbuh berupa pembelajaran di kelas dan luar kelas seperti membuat acara keagamaan yang diikuti semua siswa, dialog inter-religius, trip ke tempat ibadah, doa multikultur setiap acara; sekolah membuat peraturan agar tercipta lingkungan yang baik; Pendidik agama bekerja sama menumbuhkan toleransi; Sekolah memberikan fasilitas yang mendukung peribadatan maupun dalam beragama; Sekolah menyiapkan pendidik berwawasan inklusif; Kurikulum pendidikan disesuaikan dengan program inklusif; Sekolah mengupayakan pendidik kreatif dan inovatif. Ketiga, faktor pendukungnya yakni kerjasama yang baik antar warga sekolah, lingkungan sekolah yang kondusif, kurikulum aktual, dukungan orang tua, dan kerjasama yang baik dengan pihak luar. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu: beberapa wali murid yang belum memahami pendidikan inklusif; hambatan individual; beberapa buku agama yang kurang kontekstual, dan beberapa pendidik yang masih fanatik