Penafsiran Kontekstual Sahiron Syamsuddin: (Studi Analisis Pendekatan Ma'na-cum-maghza dalam Penafsiran Al-Qur'an)

Penulisan Skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis untuk mengkaji pendekatan ma’nā-cum-maghzā dalam penafsiran Al-Qur’an yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin serta metodologi yang digunakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut. Sebab, pendekatan ini masih dalam perbincangan. Ada sebagian orang yang menolak, namun tidak sedikit pula yang memandangnya secara positif. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yaitu menelusuri informasi melalui buku-buku, artikel, makalah dan jurnal ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Penulis mendeskripsikan pemikiran Sahiron Syamsuddin dalam menggagas pendekatan ma’nā-cum-maghzā dengan mengumpulkan data baik dari buku atau tulisan lainnya yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep pendekatan ma’nā-cum-maghzā Sahiron Syamsuddin berusaha menyeimbangkan antara pemahaman tekstual dan kontekstual melalui integrasi metode penafsiran klasik (ulumul Qur’an) dengan metode penafsiran kontemporer (hermeneutika Barat). Untuk mendapatkan pesan utama (maghzā) dari ayat yang ditafsirkan, ada dua langkah kongkrit yang harus dilakukan yaitu mencari makna asal serta signifikansi historis ayat dan mencari signifikansi dinamis ayat. Pendekatan ma’nā-cum-maghzā dapat menghasilkan produk penafsiran yang progresif, inklusif, moderat dan toleran. Hal tersebut terlihat dalam aplikasi ma’nā-cum-maghzā pada Q.S Al-Hajj: 39-40 yang menyimpulkan bahwa ada pesan damai di balik ayat perang yaitu penghapusan penindasan dan memberi kebebasan beragama. Pada Q.S Al-Māidah: 51 menyimpulkan bahwa ayat tersebut bukanlah larangan untuk menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, tetapi ayat tersebut menganjurkan untuk saling menjaga kepercayaan