KESUCIAN ALAT BANTU PENYANDANG DISABILITAS DALAM BERIBADAH PERSPEKTIF MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TULUNGAGUNG

ABSTRAK At ina Ilma Nafiah, 12102173036, “Kesucian Alat Bantu Penyandang Disabilitas Perspektif MUI”, Jurusan Hukum Keluarga Islam, IAIN Tulungagung, 2021, Dosen Pembimbing; Prof, Dr. Iffatin Nur, M.Ag. Kata Kunci; Kesucian Alat Bantu, Penyandang Disabilitas, Beribadah, Majelis Ulama Indonesia Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena penggunaan alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah oleh penyandang disabilitas di tulungagung, berdasarkan penggunaannya alat bantu yang digunakan penyandang disabilitas dapat membawa najis berupa kotoran hewan dan kotoran lain yang berasal dari tempat yang tidak suci. tanpa adanya alat bantu tersebut para penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam beribadah di masjid. fenomena tersebut menimbulkan perdebatan terhadap kesucian alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana fenomena penggunaan alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah di Tulungagung? 2) Bagaimana kesucian alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah perspektif penyandang disabiltas di tulungagung? 3) Bagaimana kesucian alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah perspektif MUI Tulungagung?. Metode yang digunakan, jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap yakni reduksi data, pemaparan data dan kesimpulan. Sedangkan teknik pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Alat bantu yang digunakan penyandang disabilitas dalam beribadah di tulungagung berupa kruk.tongkat ketiak dan blindstitch, keterbatasan penyandang disabilitas dan minimnya fasilitas masjid yang ramah disabilitas mengharuskan penyandang disabilitas menggunakan alat bantunya dalam beribadah. tujuan penggunaan alat bantu tersebut ialah mempermudah penyandang disabilitas berjalan dari rumah menuju tempat sholat sehingga penggunaannya termasuk di tempat yang belum pasti kesuciannya seperti jalan, kamar mandi dan tempat wudhu. 2) Penyandang disabilitas memiliki perspektif yang berbeda terhadap kesucian alat bantunya dalam beribadah, ada yang berpendapat alat bantu tersebut suci atas dasar tidak nampaknya najis yang menempel dan tidak adanya teguran dari masyarakat terkait penggunaan alat bantu tersebut dalam beribadah, ada juga yang berpendapat tidak suci atas dasar alat bantu tersebut digunakan di berbagai tempat yang belum pasti kesuciannya. Penyandang disabilitas membersihkan alat bantunya hanya jika terlihat kotor atau terdapat najis yang menempel. 3) MUI Tulungagung memperbolehkan penggunaan alat bantu penyandang disabilitas dalam beribadah di masjid, alat bantu tersebut di qiyaskan dengan sandal atau sepatu. MUI berpandangan alat bantu penyandang disabilitas adalah suci selama tidak nampak adanya unsur najis baik dari segi bentuk, warna dan bau. Jika terdapat najis maka harus di bersihkan terlebih dahulu. MUI Tulungagung berharap masyarakat lebih memuliakan penyandang disabilitas dengan mengadakan fasilitas dan aksesbilitas masjid yang ramah disabilitas di Tulungagung