PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN MENURUT MAZHAB HANAFI DAN SYAFI’I

Penyaluran zakat dalam bentuk beasiswa merupakan terobosan baru, karena belum terjadi pada zaman dahulu. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyaluran zakat untuk beasiswa menurut Mazhab Hanafi dan Syafi’i. Kedua Mazhab tersebut sama-sama membolehkan penyaluran harta zakat untuk beasiswa, namun terdapat perbedaan penafsiran mengenai syarat atu qoyyid bagi sabilillah. Permasalahn tersebut kemudian penulis kemas kedalam dua pertanyaan, bagaimana hukum pendayagunaan zakat untuk beasiswa menurut Mazhab Hanafi dan Syafi’i dan bagaimana istinbat hukum Mazhab Hanafi dan Syafi’i dalam menetapkan hukum pendayagunaan zakat untuk beasiswa? Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan), dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yang mengacu pada kaidahkaidah hukum Islam yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadis. Sementara teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori istinbat hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan menurut Mazhab Hanafi dan Syafi’i sama-sama diperbolehkan. Namun terdapat perbedaan penafsiran mengenai syarat dan qoyyidnya. Menurut Mazhab Hanafi, seorang pencari ilmu yang berhak menerima zakat adalah seseorang yang miskin dan fakir, sementara orang yang sudah kaya tidak boleh menerima zakat. Sedangkan menurut Mazhab Syafi’i, seseorang yang mencari ilmu, baik miskin atau kaya, berhak mendapatkan zakat