RESEPSI ATAS KONSEP BULAN SURO DALAM PERAYAAN RUWAT AGUNG BUMI NUSWANTORO DI TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO ( STUDI LIVING HADIS )

Suro merupakan Tahun Baru Jawa dalam Kalender Jawa. Suro sendiri adalah sebutan hari kesepluh dalam Bulan Muharram, berawaal dari kata asyura namun lidah masyarakat Jawa sulit mengucapkannya kemudian menjadi Suro. Adanya Suro berlatar belakang dari penetapan kalender Jawa yang digagas Sultan Agung Hanyokrokusumo sebagai upaya penyebaran agama Islam di Jawa dengan memadukan kalender Saka dengan Kalender Hijiriah. Penyesuaian Kalender Saka dengan Kalender Hijriyah dimaksudkan agar peringatan hari besar Islam bertepatan waktunya dengan Kalender Jawa tanpa meninggalkan Kalender Saka yang sebelumnya telah dipakai masyarakat Jawa. Peringatan asyura salah satu peringatan hari besar Islam karena di hari tersebut terdapat peristiwa dahsyat yang dialami para Nabi terdahulu, sehingga Nabi Muhammad Mengistimewakan asyura. Begitupun masyarakat Jawa dengan adanya akulturasi budaya dan ajaran agama, karena agama khususnya Islam yang menyebar di Jawa selalu mengaitkan Islam dengan kebudayaan lokal. Berawal dari hal tersebut, masyarakat Jawa memperingati Bulan Suro yang dianggap juga sebagai tahun baru menggunakan kebudayaan lokal setempat. Seperti halnya Masyarakat Trowulan Kabupaten Mojokerto memperingati Bulan Suro dengan perayaan Ruwat agung Bumi Nuswantara. Peringatan tersebut dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai atau keutamaan Bulan Suro yang dipelajari dan diamalkan masyarakat Trowulan melalui tradisi perayaan Ruwat Agung Bumi Nuswantara dengan menelusuri hadis-hadis yang hidup dalam tradisi perayaan tersebut serta resepsi masyarakat Desa Trowulaan terhadap perayaan Suro dengan Ruwat Agung Bumi Nuswantara. Adapun metode yang digunakan adalah metode field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan living hadis dan menggunakan resepsi yang di usung oleh Wolfgang Iser. Pada teori resepsinya memunculkan istilah struktur tekstual (textual structure) dan tindakan terstuktur (structure of act) sebagai jalan untuk mengetahui hasil dari resepsi dalam praktik dalam perayaan Bulan Suro di Trowulan. Hasil analisis dengan menggunakan teori resepsi dapat diketahui bahwasnnya Pelaksanaan Ruwat Agung Bumi Nuswantara di Trowulan tidak hanya semata-mata rutinitas yang dilaksanakan sekali dalam setiap tahunnya, akan tetapi dapat dilihat dari pemahaan masyarakat Trowulan berkenaan dengan Bulan Suro sehingga menyambut dengan suatu perayaan. Masyarakat Trowulan beranggapan bahwa Bulan Suro adalah bulan yang suci, bulan yang dimuliakan oleh Allah dan rasulnya, selain itu Suro juga dianggap oleh masyarakat Trowulan sebagai salah satu bentuk tahun baru Jawa. Oleh karena mereka menyambut dengan perayaan Ruwat Agung Bumi Nuswantara yang menjadi tradisi masyarakat Trowulan sejak zaman nenek moyang xv mereka. Selain bentuk perayaan Bulan Suro, dengan diadakannya Ruwatan bisa dijadikan sarana berdoa untuk keselamatan, tolak balak, dan kesembuhan penyakit