Metodologi Fikih Minoritas (Kajian Komperatif Pemikiran Abdullah Ibn Bayyah dan Muhamad Yusri Ibrahim)

Universitas keberlakuan hukum Islam meniscayakan ketertundukan semua pemeluknya, kapanpun dan dimanapun mereka berada, juga meniscayakan adanyanilai-nilai universal yang terkandung di dalam hukum-hukum cabang yang mungkin berbeda antara satu tempat dengan yang lain. Tidak ada yang memungkiri eksistensi hukum Islam dengan karakter menyeluruh keberlakuannya (alamiyat al-Islam). Sifat fleksibel dan elastis dalam hukum Islam mendukung jiuga universitalitas tersebut. Fikih minoritas bukanlah produk baru, ia istilah modifikasi dari kontekstualisasi fikih dengan pendekatan geografis wilayah. Tentunya akan banyak memunculkan persoalan yang pelik, dengan perbedaan model iklim-wilayah, adat-budaya, dan politik kenegaraan. Ibn Bayyah, tokok muslim internasional dari murtania, sosok penting untuk dikaji dalam diskursus Fiqh al-Aqalliyat ini, karna sudah berpengalaman bertahun-tahun menjadi dewan fatwa di eropa.sedangkan Yusril Ibrahim, juga merupakan tokoh muslim dunia yang lebih bermadzhab puritan, namun kental dengan kajian-kajian minoritas