Hubungan Persentase dan Fungsi Sel T CD4+CD57+ dan CD8+CD57+ dengan Anemia pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik

Pendahuluan: Kemunculan sel T senesens pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu mekanisme yang diduga memperberat kondisi anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan jumlah dan fungsi sel T senesens, meliputi sel T CD4+CD57+ dan CD8+CD57+ terhadap kejadian dan keparahan anemia pada LES serta mengamati hubungannya terhadap marker keradangan dan status besi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan subjek 60 wanita LES berusia 16-45 tahun. Subjek dicatat data demografik dan klinis, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, status besi (serum besi, total iron-binding capacity, saturasi transferrin), ferritin, marker keradangan (laju endap darah [LED], C-reactive protein [CRP]), dan anti-dsDNA. Persentase sel T senesens diukur dari peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dengan flowsitometri yang diukur sebagai sel T CD4+CD57+ dan CD8+CD57+. Serum IFNγ yang merupakan sitokin yang diproduksi sel T senesens diukur dengan menggunakan ELISA. Hasil: Pasien LES dengan anemia memiliki persentase yang lebih tinggi untuk CD4+CD57+ (8.2 [4.3 – 12.8]% vs 2.8 [0.9 – 6.6]%, p=0.000), CD8+CD57+ (4.6 [1.8 – 10.6]% vs 1.0 [0.3 – 1.7]%, p=0.000), dan IFNγ (199.5 [170.7 – 234.4] pg/ml vs 15.4 [8.5 – 42.0] pg/ml, p=0.000). Persentase sel CD8+CD57+ berkorelasi dengan anti-dsDNA (r=0.345, p=0.003), ESR (r=0.273, p=0.017), CRP (r=0.267, p=0.020), ferritin (r=0.426, p=0.000), serum besi (r=-0.299, p=0.027), dan saturasi transferrin (r=-0.273, p=0.040). IFNγ berkorelasi dengan anti-dsDNA (r=0.296, p=0.011), serum besi (r=-0.613, p=0.000), dan ferritin (r=-0.397, p=0.002). Tidak didapatkan korelasi antara status besi dan marker keradangan dengan persentase sel T CD4+CD57+. Kesimpulan: Sel T senesens berhubungan dengan kejadian dan keparahan anemia dengan memodulasi respon inflamasi dan mengakibatkan disregulasi besi pada LES